UNIVERSITAS INDONESIA
KEANEKARAGAMAN SPESIES DAN DISTRIBUSI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA; RHOPALOCERA) DI BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN KOTA MUHAMMAD SABKI KOTA JAMBI
TESIS
SRI ESTALITA RAHAYU 1006786461
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI BIOLOGI DEPOK JULI 2012
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
UNIVERSITAS INDONESIA
KEANEKARAGAMAN SPESIES DAN DISTRIBUSI KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA; RHOPALOCERA) DI BEBERAPA TIPE HABITAT DI HUTAN KOTA MUHAMMAD SABKI KOTA JAMBI
TESIS
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains
SRI ESTALITA RAHAYU 1006786461
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM PROGRAM PASCASARJANA PROGRAM STUDI BIOLOGI DEPOK JULI 2012
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan berkah dan karuniaNya kepada penulis, sehingga dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan tesis ini. Tesis yang berjudul “Keanekaragaman spesies dan distribusi kupu-kupu (Lepidoptera; Rhopalocera) di beberapa tipe habitat di hutan kota Muhammad Sabki Kota Jambi” ditulis untuk memenuhi syarat dalam meraih gelar Magister Sains di FMIPA, Program Studi Biologi, Program Pascasarjana, FMIPA, Universitas Indonesia, Depok. Penulis menyadari, tidak akan tersusunnya tesis ini tanpa bantuan, dukungan, dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak yang terkait baik langsung maupun tidak langsung. Untuk itu perkenankanlah penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Adi Basukriadi, M.Sc. yang dengan sabar telah membimbing, mengarahkan, memotivasi, dan mendukung penulis dalam melaksanakan penelitian dan penyusunan tesis. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Luthfiralda Sjahfirdi, M.Biomed. dan Andrio Adiwibowo, M.Sc. yang telah meluangkan waktu untuk banyak diskusi, memberikan saran dan kritik serta motivasi bagi kesempurnaan penulisan tesis ini. Penelitian yang dilakukan di hutan kota Muhammad Sabki kota Jambi dan kesempatan yang diberikan kepada penulis untuk menyelesaikan studi Master merupakan program Kerjasama (MoU) antara Pemerintah Daerah Provinsi Jambi dengan Universitas Indonesia (UI). Tak lupa penulis juga menyampaikan terima kasih yang sangat dalam buat suamiku tercinta Arios Ferial, dengan kasih tulusnya telah mendorong, mendukung, dan menginspirasi sehingga semua dapat penulis lalui. Orang tuaku yang selalu berdoa untuk kebaikanku, saudara-saudaraku (Tuti Ferawati dan Afrizon, S.E., Hitochi Himamura S.Pd., Sri Indrawati) dalam suka dan duka selalu memotivasi. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada seluruh Staf pengajar Program Studi Biologi, Program Pascasarjana, FMIPA, Universitas Indonesia, khususnya kepada Dr. Nisyawati, M.Sc., karyawan (Mbak Evi dan
vii
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
Mbak Fenti). Pemerintah Daerah Provinsi Jambi, dan Djunijanti Peggie, M.Sc., Ph. D. (LIPI), Prof. Dahelmi, M.Sc. (Universitas Andalas) atas bantuannya serta kepada semua pihak yang telah memberikan dukungannya. Teman-teman yang dengan tanpa lelah, telah meluangkan waktu, Rosana Nasution, Yunanisa, dan Septia Ekawati, yang selalu setia mendengarkan. Winda Dwi Kartika, Eka Nurlaila, dan Afiatri Putrika, yang selalu menyediakan waktu untuk diskusi, teman-teman angkatan 2010 dan semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Terima kasih untuk segalanya. Semoga Allah SWT memberikan imbalan yang layak kepada mereka semua. Atas kebaikan selama ini kepada penulis. Amin. Penulis juga menyadari penyusunan tesis ini masih belum sempurna, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik untuk perbaikan. Semoga tesis dapat bermanfaat bagi dunia biologi.
Depok, 3 Juli 2012 Penulis
viii
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL............................................................................
i
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................
ii
HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS.................................
iii
LEMBAR PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH.............
vi
KATA PENGANTAR ..........................................................................
vii
DAFTAR ISI.........................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR............................................................................
xi
DAFTAR TABEL.................................................................................
xii
DAFTAR LAMPIRAN........................................................................
xiii
RINGKASAN (SUMMARY)..............................................................
xvi
PENGANTAR PARIPURNA............................................................
1
MAKALAH I: KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN JENIS KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA; RHOPALOCERA) PADA BERBAGAI TIPE HABITAT DI HUTAN KOTA MUHAMMAD SABKI JAMBI................... Abstrak......................................................................... Pendahuluan................................................................. Bahan dan cara kerja.................................................... Hasil dan Pembahasan.................................................. Kesimpulan.................................................................... Saran............................................................................. Daftar acuan.................................................................
4 4 4 7 13 21 21 21
MAKALAH II: DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI BERBAGAI TIPE HABITAT HUTAN KOTA MUHAMMAD SABKI JAMBI................................. Abstrak.......................................................................... Pendahuluan.................................................................. Bahan dan cara kerja..................................................... Hasil dan Pembahasan................................................... Kesimpulan.................................................................... Saran ............................................................................. Daftar acuan..................................................................
45 45 45 47 49 58 58 58
DISKUSI PARIPURNA.......................................................................
63
RANGKUMAN KESIMPULAN DAN SARAN.................................
67
DAFTAR ACUAN.................................................................................
68
ix
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
DAFTAR GAMBAR Halaman Gambar I.1. Peta lokasi penelitian di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi.........................................
9
Gambar I. 2. Berbagai tipe habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi.........................................
10
Gambar I. 3. Peletakkan transek di Lokasi penelitian...........................
10
Gambar I. 4. Persentase famili yang tercatat di HKMS Kota Jambi......
16
Gambar I. 5. Kelimpahan individu kupu-kupu pada masing-masing tipe habitat ........................................................................
16
Gambar I.6. Kekayaan spesies pada masing-masinhg lokasi.................
18
Gambar I.7. Nilai Indeks keanekaragaman (H’) pada setiap lokasi penelitian...................................................................
19
Gambar I.8. Nilai Indeks kemerataan (E) pada setiap lokasi penelitian...
20
Gambar II. 1.Dendogram Indeks kesamaan spesies antar tipe habitat.....
50
Gambar II.2. Jumlah spesies pada setiap lokasi......................................... 50 Gambar II.3. Persentase distribusi spesies kupu-kupu di HKMS Kota Jambi.................................................................................... 53 Gambar II.4. Perbandingan antara kupu-kupu Oriental, Kosmopolit, dan Sundaland..................................................................... 54 Gambar II.5. Distribusi spesies kupu-kupu di HKMS Kota Jambi............ 54 Gambar II. 6. Persentase jumlah individu di setiap tipe habitat................. 55 Gambar II. 7. Distribusi spesies kupu-kupu antar tipe habitat................... 57
x
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
DAFTAR TABEL Halaman Tabel I. 1. Lokasi penelitian dan jumlah titik sampling...........................
7
Tabel I. 2. Kelimpahan spesies kupu-kupu pada berbagai tipe Habitat di hutan kota Muhammad Sabki Kota Jambi.............
14
Tabel II. 1. Distribusi kupu-kupu di HKMS Kota Jambi..........................
52
xi
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
DAFTAR LAMPIRAN Halaman Lampiran I.1. Foto spesies kupu-kupu yang terdata selama penelitian di HKMS Kota Jambi.........................................
27
Lampiran I. 2. Indeks kekayaan spesies (H) dan kemerataan (E) pada tipe habitat Taman.......................................................
39
Lampiran I. 3. Indeks kekayaan spesies (H) dan kemerataan (E) pada tipe habitat Pinggir Hutan..........................................
40
Lampiran I. 4. Indeks kekayaan spesies (H) dan kemerataan (E) pada tipe habitat Hutan Karet.............................................
42
Lampiran I. 5. Indeks kekayaan spesies (H) dan kemerataan (E) pada tipe habitat Hutan Campuran.....................................
44
Lampiran II. 1.Jumlah total kupu-kupu di HKMS pada berbagai tipe habitat...........................................................
62
xii
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
ABSTRACT
Name Study Program Thesis Title
: Sri Estalita Rahayu : Magister Biologi : The species diversity and distribution of butterflies (Lepidoptera; Rhopalocera) in the urban forest of Muhammad Sabki Jambi, Jambi Province, Indonesia.
Species diversity and distribution of butterflies (Lepidoptera; Rhopalocera) of the urban forest of Muhammad Sabki, Jambi were studied from January to February 2012. The urban forest was divided into four different habitat types: the Park, the Stream side, the Rubber forest, and the Mixed forest. Two transect routes were established for each habitat type. Observations were made on the number of individuals of each species of butterflies found within the transects. Data were analyzed by Shannon-Wiener, Evenness, and Sorenson indices. A total of 43 species with 3241 individuals of six families (Hesperiidae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycaenidae, and Riodinidae) of butterflies were recorded. Nymphalidae was the most dominating family with the highest species richness at the urban forest. The highest number of butterfly species was recorded at the Rubber forest and the Stream side (37 species each), followed by the Park (33 species) and the Mixed forest (27 species). The most abundant butterflies were found at the Rubber Forest, and the least were in the Stream side. Two species (Eurema hecabe and Mycalesis janardana) were observed consistently at all habitat types, and the former was the most abundant species. The highest species diversity and evenness indices were found in the Rubber Forest, while the lowest were in the Stream Side. Species diversity and evennes indices of butterflies of the urban forest can be categorized as low and low to moderate respectively. Based on their similarity indices of species (IS), the community of butterfly of the urban forest consisted of three communities: the Park, the Stream Side-Rubber Forest, and the Mixed Forest. The highest IS was found in the Stream SideRubber Forest. Nevertheless, high similarity indices (>0.7) of the butterflies between communities indicating that the communities of the butterfly had almost similar species composition, and most species were widely distributed across all habitat types of the urban forest. Key words xviii + 71 pp Bilb
: abundance, butterfly, distribution, Jambi, species diversity, species similarity, urban forest. : 14 plates; 3 tables; 6 appendixes : 58 (1953-2011)
xiii
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
Name
: SRI ESTALITA RAHAYU : THE SPECIES DIVERSITY AND DISTRIBUTION
Title
OF BUTTERFLIES (LEPIDOPTERA; RHOPALOCERA) IN THE URBAN FOREST OF MUHAMMAD SABKI, JAMBI PROVINCE, INDONESIA Thesis Suppervisor : Dr. Adi Basukriadi, M.Sc.
SUMMARY The urban forest of Muhammad Sabki, Jambi is one of several urban forests that existed in Jambi. It was established to conserve wildlife, to provide a public space and a learning center for publics. In order to conserve wildlife in urban forest it is important to study their ecology. Butterflies are among wildlife that live in the urban forest with little or no available information. It has been known that butterflies are excellent indicators of biodiversity and ecosystem health. They react much more rapidly to habitat loss or degradation, pollution, and climate change than longer-lived organisms, and therefore provide a sort of early warning system. Due to their important role in nature, the butterflies of the urban forest of Muhammad Sabki deserve to be studied. Based on the above, species diversity and distribution of butterflies (Lepidoptera; Rhopalocera) of the urban forest, Jambi were studied from January to February 2012. The urban forest, based on its vegetation and physical characteristics, was divided into four different habitat types: the Park, the Stream Side, the Rubber Forest, and the Mixed Forest. Two transect routes, between 100 m and 200 m length, were established for each habitat type. Observations were made on the number of individuals of each species of butterfly found within a 2.5 meter band on both sides of a transect and 5 meter ahead, while walking at a slow and steady pace for one hour. Transects were walked at 08.00 – 12.00 and 13.00 – 16.00. Data were analyzed by Shannon-Wiener, Evenness, and Sorenson indices. A total of 43 species with 3241 individuals of six families (Hesperiidae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycaenidae, and Riodinidae) of butterflies were
xiv
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
recorded. Nymphalidae had the highest species richness (24 species) among the families, followed by Pieridae, Papilionidae and Lycaenidae (5 species each), and Riodinidae and Hesperiidae (2 spesies each). This study showed that Nymphalidae was the most dominating family with the highest species richness at the urban forest of Muhammad Sabki. The highest number of butterfly species was recorded at the Rubber Forest and the Stream Side (37 species each), followed by the Park (33 species) and the Mixed Forest (27 species). The most abundant butterflies were found at the Rubber Forest (1085 individuals), and the least were in the Stream Side (661 individuals). Two species (Eurema hecabe and Mycalesis janardana) were observed consistently at all habitat types, and the former was the most abundant species (606 individuals). The highest species diversity and evenness indices were found in the Rubber Forest (H’ = 1.24 and E = 1.14), while the lowest were in the Stream Side (H’ = 1.14 and E = 0.31). Species diversity and evennes indices of butterflies of the urban forest of Muhammad Sabki, Jambi can be categorized as low and low to moderate respectively. Based on their similarity indices of species (IS), the community of butterfly of the urban forest consisted of three communities: the Park, the Stream Side-Rubber Forest, and the Mixed Forest. The highest IS was found in the Stream Side-Rubber Forest (IS = 0.86). Nevertheless, high similarity indices (>0.7) of the butterflies between communities indicating that the communities of the butterfly had almost similar species composition, and most species were widely distributed across all habitat types of the urban forest.
xv
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
PENGANTAR PARIPURNA
Kupu-kupu merupakan kelompok serangga yang banyak menarik perhatian orang. Secara taksonomi kupu-kupu termasuk ke dalam ordo Lepidoptera. Lepidoptera berasal dari bahasa Yunani, yaitu lepido yang berarti sisik dan ptera yang berarti sayap (Borror et al. 1992). Lepidoptera dapat hidup di mana-mana, kecuali di kutub. Lepidoptera dapat ditemukan mulai dari dataran rendah 0 m sampai ketinggian 2.000 m di atas permukaan laut, dan dapat ditemukan di hutan, pinggiran hutan, ladang, semak belukar, dan sepanjang aliran sungai (Corbet & Pendlebury 1992; Borror et al. 1992; Sihombing 1999). Kupu-kupu berperan penting di dalam ekosistem, yaitu sebagai bagian dari rantai makanan, serangga penyerbuk, dan sebagai sumber makanan bagi berbagai predator, seperti Rodentia, serangga predator, berbagai burung, amfibi, bahkan manusia. Peran kupu-kupu yang tidak kalah penting dalam ekosistem adalah sebagai indikator perubahan lingkungan (Davies & Butler 2008). Sebagai negara kepulauan, Indonesia memiliki keunikan dalam hal sebaran fauna, yang dikenal sebagai endemisitas. Tingkat endemisitas yang tinggi terlihat jelas sekali pada kupu-kupu Indonesia, yaitu mencapai lebih dari 35 persen dari total jumlah spesies kupu-kupu yang ada di dunia (Peggie 2010). Soehartono dan Mardiastuti (2003) menyatakan bahwa pulau-pulau besar di Indonesia dihuni oleh sekitar 500 hingga 1.000 spesies kupu-kupu yang di antaranya merupakan spesies endemik. Genus Ornithoptera, merupakan contoh dari kupu-kupu endemik Indonesia yang terdapat di Sulawesi dengan karakteristik morfologi yang berbeda dari Ornithoptera lainnya. Menurut Peggie (2010), Sulawesi merupakan pulau yang memiliki keunikan kupu-kupu tertinggi di Indonesia. Terdapat 557 spesies yang ada di sana, sebanyak 239 spesies (lebih dari 40 persen) merupakan spesies yang hanya dapat dijumpai di kawasan itu, contohnya Papilio blumei. Mastrigt dan Rosariyanto (2005) melaporkan bahwa di Papua terdapat lebih kurang 750 spesies kupu-kupu. Cleary dan Mooers (2004) menyatakan di Pulau Kalimantan terdapat 522 spesies kupu-kupu.
1
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
2
Berbagai penelitian yang sudah dilakukan oleh para ahli menunjukkan bahwa habitat kupu-kupu dengan jumlah pakan yang tersedia cukup akan diikuti juga dengan keanekaragaman kupu-kupu yang tinggi. Salah satu upaya dalam penyediaan pakan bagi kupu-kupu adalah menjamin ketersediaan pohon inang yang menjadi sumber pakannya. Sebagai habitat potensial kupu-kupu, hutan kota dapat dijadikan tempat untuk menjamin ketersediaan pohon inang bagi kupukupu. Pemerintah kota Jambi sudah mengembangkan hutan kota seluas 11 hektar yang berada di Kelurahan Kenali Asam Bawah Kecamatan Kota Baru. Dasar hukum penetapan Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi adalah UU No. 5 Tahun 1990 tentang konservasi sumber daya alam hayati dan ekosistemnya. Didukung oleh UU No. 23 Tahun 1997 tentang pengelolaan lingkungan hidup, UU No. 41 Tahun 1999 tentang kehutanan, UU No. 26 tahun 2007 tentang penataan ruang, PP No. 63 Tahun 2002 tentang hutan kota, Permendagri No. 1 Tahun 2007 tentang penataan RTHIKP, Perda No. 6 Tahun 2009 tentang hutan kota, Perda No. 7 tentang penetapan hutan kota, Perda No. 12 tahun 2009 tentang retribusi taman hutan kota Muhammad Sabki Kota Jambi (Dishut 2006). Menurut PP No. 63 Tahun 2002, hutan kota dapat berfungsi untuk memperbaiki dan menjaga iklim mikro dan nilai estetika, meresapkan air, menciptakan keseimbangan dan keserasian lingkungan fisik kota, serta mendukung pelestarian keanekaragaman hayati di Indonesia (Dishut 2006). Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi, dengan berbagai jenis tumbuhan yang ada di dalamnya, dapat menjadi salah satu habitat penting untuk kupu-kupu di Kota Jambi. Hal itu sesuai dengan pendapat Sundufu dan Dumbuya (2008) yang menyatakan bahwa jumlah kupu-kupu terbanyak ditemukan di hutan lindung, hutan, hutan yang sudah diolah, dan padang rumput. Hasil penelitian tentang keanekaragaman spesies dan distribusi kupu-kupu (Lepidoptera; Rhopalocera) di beberapa tipe habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi disusun dalam dua makalah. Makalah I dengan judul: Kelimpahan dan keanekaragaman spesies kupukupu (Lepidoptera; Rhopalocera) pada berbagai tipe habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi. Penelitian bertujuan untuk menilai kelimpahan
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
3
dan keanekaragaman spesies kupu-kupu pada masing-masing tipe habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi. Makalah II dengan judul: Distribusi kupu-kupu di berbagai tipe habitat Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi. Penelitian bertujuan untuk mempelajari distribusi kupu-kupu pada masing-masing tipe habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
MAKALAH I
KELIMPAHAN DAN KEANEKARAGAMAN SPESIES KUPU-KUPU (LEPIDOPTERA; RHOPALOCERA) PADA BERBAGAI TIPE HABITAT DI HUTAN KOTA MUHAMMAD SABKI KOTA JAMBI
Sri Estalita Rahayu [emailprotected] Abstract Species diversity of butterflies (Lepidoptera; Rhopalocera) of the urban forest of Muhammad Sabki, Jambi were studied from January to February 2012. The urban forest was divided into four different habitat types: the Park, the Stream side, the Rubber forest, and the Mixed forest. Two transect routes were established for each habitat type. Observations were made on the number of individuals of each species of butterflies found within the transects. Data were analyzed by Shannon-Wiener, Evenness, and Sorenson indices. A total of 43 species with 3241 individuals of six families (Hesperiidae, Papilionidae, Nymphalidae, Lycaenidae, and Riodinidae) of butterflies were recorded. Nymphalidae was the most dominating family with the highest species richness at the urban forest. The highest number of butterfly species was recorded at the Rubber forest and the Stream side (37 species each), followed by the Park (33 species) and the Mixed forest (27 species). The most abundant butterflies were found at the Rubber Forest, and the least were in the Stream side. Two species (Eurema hecabe and Mycalesis janardana) were observed consistently at all habitat types, and the former was the most abundant species. The highest species diversity and evenness indices were found in the Rubber Forest, while the lowest were in the Stream Side. Species diversity and evennes indices of butterflies of the urban forest can be categorized as low and low to moderate respectively. Key words
: abundance, butterfly, Jambi, species diversity, urban forest.
PENDAHULUAN
Kupu-kupu (Lepidoptera) adalah kelompok serangga holometabola sejati dengan siklus hidup melalui stadium telur, larva (ulat), pupa (kepompong), dan imago (dewasa) (New 1997; Mastrigt & Rosariyanto 2005; Peggie & Amir 2006). Kupu-kupu dapat dengan mudah kita lihat bila memasuki hutan, di jalan setapak di pinggiran hutan, dan sepanjang aliran sungai (Tweedie & Longmans 1953).
4
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
5
Di dalam suatu ekosistem kupu-kupu memiliki peranan yang sangat penting. Kupu-kupu membantu penyerbukan tanaman berbunga, sehingga proses perbanyakan tumbuhan secara alamiah dapat berlangsung (Borror et al. 1992; Peggie 2010). Selain itu, kupu-kupu yang memiliki corak dan warna menarik dapat dijadikan koleksi seni. Di beberapa daerah, kupu-kupu pada tahap larva dimanfaatkan sebagai sumber makanan (Borror et al. 1992; Gullan & Craston 2005). Kupu-kupu dapat pula menjadi bahan pelajaran untuk kepentingan studi ilmiah (Subahar & Yuliana 2010). Jumlah Lepidoptera di dunia tidak pasti dan banyak ahli membuat perkiraan tentang jumlah Lepidoptera tersebut. Menurut Gillot (2005), Lepidoptera yang sudah dideskripsikan di dunia sekitar 200.000 spesies, 11.300 spesies dari Amerika Utara, 10.000 spesies dari Australia, dan 2.500 spesies dari Inggris. Sementara menurut Gullan dan Craston (2005), ada sekitar 150.000 spesies Lepidoptera yang sudah dideskripsikan. Lebih dari 900 spesies kupukupu sudah dideskripsikan di Malaya (Tweedie & Longmans 1953). Di Indonesia, menurut Soekardi (2007), belum ada data yang pasti mengenai jumlah jenis kupu-kupu. Di Pulau Sumatera diperkirakan terdapat tidak kurang dari 1.000 spesies kupu-kupu, walaupun data tentang keanekaragaman kupu-kupu di Sumatera belum lengkap. Di Taman Nasional Way Kambas terdapat 77 spesies, Taman Nasional Bukit Barisan Selatan 185 spesies, dan Taman kupu-kupu Gita Persada, Gunung Betung Lampung 107 spesies (Soekardi 2007). Penelitian Dahelmi et al. (2010) melaporkan bahwa di Sumatera Barat tercatat sekitar 325 spesies kupu-kupu. Di Rokan Hulu Provinsi Riau terdapat 150 spesies kupu-kupu (PEI-Pusat 2011). Di Taman Nasional Kerinci Seblat Jambi terdapat 230 spesies kupu-kupu (Salmah et al. 2002). Saat ini, kupu-kupu menghadapi ancaman kepunahan yang disebabkan oleh alih fungsi lahan di habitatnya (Soehartono & Mardiastuti 2003). Blair (1999) serta Koh dan Sodhi (2004), jumlah kupu-kupu secara umum sangat tergantung pada pengelolaan suatu daerah. Daerah yang dilindungi (protected area) memiliki keanekaragaman spesies kupu-kupu lebih tinggi daripada daerah yang sudah mengalami alih fungsi lahan.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
6
Banyak penelitian menunjukkan bahwa habitat kupu-kupu dengan jumlah pakan yang tersedia cukup akan diikuti juga dengan keanekaragaman kupu-kupu yang tinggi (Schultz 1997; Schultz 1998; Thomas 2000; Thomas et al. 2004). Koh dan Sodhi (2004) menyebutkan bahwa daerah yang dilindungi dan berdekatan dengan hutan alami memiliki jumlah keanekaragaman dan kemerataan spesies di dalam komunitas yang lebih tinggi apabila dibandingkan dengan daerah yang tidak dilindungi dan terpisah dari hutan. Sundufu dan Dumbuya (2008) menegaskan bahwa jumlah kupu-kupu terbanyak ditemukan di hutan lindung, hutan, hutan yang sudah diolah, dan padang rumput. Di Indonesia, penelitian tentang respon kupu-kupu terhadap perubahan lingkungan sudah banyak dilakukan. Cleary dan Mooers (2004) menyimpulkan bahwa spesies kupu-kupu di lahan bekas kebakaran di hutan Borneo sangat berbeda komposisi komunitasnya jika dibandingkan dengan hutan alami. Hal serupa ditemukan juga oleh Widhiono (2004) yang menyatakan bahwa kelimpahan kupu-kupu di empat tipe habitat yaitu hutan alam kayu lain, hutan tanaman, hutan wisata, dan hutan pertanian di Gunung Slamet Jawa Tengah berturut- turut semakin menurun dari hutan alam kayu lain ke hutan pertanian. Modifikasi habitat menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan untuk mempertahankan kelimpahan kupu-kupu (Subahar & Yuliana 2010). Hal yang tidak kalah penting dalam menjaga keanekaragaman satwa liar adalah menjaga lingkungan alami tempat hidupnya. Penelitian yang telah dilakukan Vu Van Lien (2004) menyimpulkan bahwa kelimpahan kupu-kupu semakin berkurang seiring dengan kerusakan habitat di Taman Nasional Tam Dao Vietnam. Hal serupa juga disimpulkan oleh Stefanescu et al. (2009) yang menyatakan bahwa kelimpahan kupu-kupu mengikuti perubahan habitat tempat kupu-kupu tersebut berada. Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi didirikan dengan tujuan pelestarian satwa liar dan tempat belajar bagi publik. Pengelolaan dan pemanfaatan HKMS tersebut diharapkan dapat menjaga keanekaragaman satwa liar yang ada khususnya kupu-kupu. Berdasarkan hal tersebut di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai keanekaragaman dan kelimpahan spesies kupu-kupu pada berbagai tipe habitat yang ada (taman, pinggir kolam, hutan karet, dan hutan campuran) di
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
7
Hutan Kota Muhammad Sabki, Kota Jambi. Penelitian bertujuan untuk menilai keanekaragaman dan kelimpahan spesies kupu-kupu pada masing-masing tipe habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi.
BAHAN DAN CARA KERJA
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi dari bulan Januari 2012 sampai bulan Februari 2012. Peta lokasi penelitian ditampilkan pada Gambar I. 1. Luas area penelitian adalah 11 hektar (Dishut 2006). Penelitian dilakukan di empat tipe habitat, yaitu hutan karet, hutan campuran, pinggir kolam, dan taman (Tabel I. 1).
Tabel I. 1. Lokasi penelitian dan jumlah titik sampling Kode Jumlah Kode Tipe habitat Lokasi transek transek TM1 Taman TM 2 TM2 PK1 Pinggir Kolam PK 2 PK2 HK1 Hutan Karet HK 2 HK2 HC1 Hutan Campuran HC 2 HC2 Deskripsi lokasi penelitian a. Hutan karet (HK) Hutan karet (HK) merupakan habitat bekas hutan karet produksi yang sudah tidak dipelihara dan dimanfaatkan lagi oleh pemerintah maupun warga setempat. Vegetasi di habitat tersebut didominasi oleh pohon karet (Hevea brasiliensis). Vegetasi lain yang dijumpai adalah pinang hutan, rotan (Callamus sp.), dan medang serta sirih hutan (Piper aduncum). Tipe habitat HK memiliki perbedaan dalam jumlah tutupan kanopi pohon, bagian tepi hutan relatif lebih
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
8
sedikit dibandingkan bagian dalam hutan yang relatif lebih rapat. Lantai hutan di kedua bagian berbeda, yaitu tepi hutan banyak ditumbuhi oleh semak dan perdu, sedangkan bagian tengah yang sedikit terpapar sinar matahari ditumbuhi semak dan perdu dalam jumlah sedikit (Gambar I. 2a ). Panjang transek di HK pada penelitian ini adalah 150 m.
b. Hutan campuran (HC) Hutan campuran (HC) merupakan tipe habitat yang terdiri atas berbagai spesies tumbuhan seperti Smilax bracteata, Piper adumcum, medang, tempunek (Artocarpus sp.), pinang hutan, Callamus sp. dan bambu (Bambusea sp.). Vegetasi dominan adalah Callamus sp. dan Artocarpus sp. (Gambar I. 2b). Vegetasi yang ada memiliki ukuran yang hampir seragam. Lantai hutan banyak ditutupi oleh serasah daun, tumbuhan bawah sedikit. Panjang transek di HC pada penelitian ini adalah 200 m.
c. Pinggir kolam (PK) Pinggir kolam adalah tipe habitat yang berada di sekitar kolam buatan. Tumbuhan yang terdapat di sana antara lain adalah alang-alang (Imperata cylindrica), Melastoma malabatricum, Cleome rutidosperma, Asystasia intrusa, dan bambu (Bambusa sp.). Pohon ekor merak (Caesalpinia pulcherrima) dan beringin (Ficus sp.) merupakan tumbuhan yang sengaja ditanam di PK (Gambar I. 2c). Panjang transek di PK yang digunakan pada penelitian ini adalah 100 meter.
d. Taman (TM) Taman adalah tipe habitat yang dirancang oleh pengelola untuk tujuan keindahan dan kenyamanan pengunjung. Vegetasi di TM sengaja ditanam seperti pinang merah, C. pulcherrima dan bunga-bunga seperti asoka (Ixora javanica). Tumbuhan yang terdapat di sana antara lain adalah Imperata cylindrica. (Gambar I. 2d). Panjang transek di TM pada penelitian ini adalah sepanjang 150 meter.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
9
Gambar I. 1. Lokasi Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi [Sumber: google earth 2011].
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
10
a
b
c d Gambar I. 2. Berbagai tipe habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi a. Hutan karet, b. Hutan campuran, c. Pinggir kolam, dan d. Taman [sumber: dokumentasi pribadi 2011].
2 1
U Kolam
3
4
Gerbang
S
Gambar I. 3. Peletakkan transek di lokasi penelitian. 1. Hutan Karet (HK), 2. Hutan Campuran (HC), 3. Pinggir Kolam (PK), dan 4. Taman (TM).
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
11
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu kompas, meteran, stopwatch, tali tambang 100 m, 150 m dan 200 m, jaring serangga diameter 60 cm, kamera, field guide kupukupu dari LIPI, kotak spesimen, termometer, stereofoam, jarum pentul, kamper, penggaris merk butterfly’s, peralatan tulis, dan lembar pengamatan.
C. Metode Penelitian
Observasi awal dilakukan untuk mengetahui spesies kupu-kupu yang terdapat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi, menentukan tipe habitat kupu-kupu, dan lokasi sampling. Berdasarkan hasil observasi pada tipe habitat kupu-kupu, maka hutan kota tersebut dapat dibagi menjadi empat tipe habitat, yaitu hutan karet, hutan campuran, taman, dan pinggir kolam. Pengumpulan data untuk mengetahui kekayaan spesies kupu-kupu menggunakan metode transek, yaitu dengan berjalan sepanjang garis transek Pollard dan Yates (Caldas & Robbins 2003; Longcore 2004 ; Royer et al. 1998). Lokasi transek di setiap tipe habitat ditentukan secara purposive random sampling (Gambar I. 3). Pada masing-masing tipe habitat diletakkan dua buah transek pada lokasi yang sudah ditentukan. Garis transek dibuat sepanjang 100 m – 200 m. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 – 12.00 WIB dan sore hari pukul 13.00 – 16.00 WIB (Lewis 1989; Barua et al. 2010). Rentang waktu pengamatan pada masing-masing tipe habitat pada setiap transek adalah satu jam, ditentukan dengan menggunakan stopwatch. Pendataan kupu-kupu dilakukan dengan berjalan perlahan mengikuti alur transek dengan kecepatan yang relatif stabil. Setiap individu yang dijumpai dicatat ke lembar pengamatan lapangan meskipun dari spesies yang sama. Lebar transek dibuat konstan, yaitu 2,5 m ke kanan dan ke kiri serta 5 m ke depan. Lebar transek ditambah jika habitat tidak memungkinkan untuk dilalui. Lebar transek diperbolehkan 5 m ke salah satu sisi transek (UKBMS 2011). Kupu-kupu ditangkap menggunakan jaring serangga untuk keperluan identifikasi. Sampel yang digunakan sebagai koleksi masing-masing satu individu
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
12
setiap spesies kemudian dipijit bagian toraksnya sampai mati, kemudian disimpan ke dalam kertas papilot. Semua sampel koleksi yang diperoleh tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk dipreservasi. Sampel mula-mula dikeluarkan dari kertas, lalu dipinning dengan menggunakan jarum serangga pada bagian tengah toraks (Gullan & Cranston 2005). Parameter yang diamati dibagi atas faktor fisik meliputi temperatur dan kelembaban. Parameter terhadap kupu-kupu yaitu jumlah, aktivitas, dan jenis kelamin kupu-kupu. Pada masing-masing transek dilakukan pengamatan sebanyak 8 kali ulangan. Sampel yang diperoleh diidentifikasi di Laboratorium Keanekaragaman Hewan Departemen Biologi FMIPA UI. Sampel yang diperoleh diawetkan dengan cara mengeringkan di udara terbuka dengan membentangkan sayap pada gabus (Borror et al. 1992). Sampel yang diawetkan merupakan contoh dari setiap spesies yang ada, masing-masing spesies diambil sebanyak satu ekor. Sampel yang belum dapat diidentifikasi dibawa ke Balitbang Zoologi Puslitbang Biologi LIPI Cibinong, Jawa Barat untuk dibandingkan dengan koleksi yang terdapat disana.
Analisis Data
Data disajikan secara kuantitatif dengan parameter kelimpahan, Indeks Keanekaragaman Spesies (H), dan Indeks Kemerataan Spesies (E). (1). Indeks Keanekaragaman spesies (H) dihitung dengan menggunakan rumus Shannon-Wiener (Brower et al. 1998), yaitu: (H’) = -∑ pi log pi Dimana: H’ = Indeks Keanekaragaman spesies pi = ni/N pi = Proporsi nilai ke-i ni = Jumlah individu spesies ke-i N = Jumlah individu semua spesies
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
13
Dengan Kriteria (Cox 1996; Barbour et al. 1987): Indeks Shannon-Wiener
Penilaian
H’ < 1 H’ = 1-2 H’ = 2-3 H’ = 3-4 H’ > 4
sangat rendah Rendah Sedang Tinggi sangat tinggi
(2). Indeks Kemerataan (E) dihitung dengan menggunakan persamaan Magurran 1988 dengan rumus : (E) = H’/ln S Dimana: E = Indeks kemerataan H’ = Indeks keanekaragaman spesies Ln S = Jumlah spesies Dengan kriteria (Cox 1996; Barbour et al. 1987): Indeks Kemerataan E < 0,3 E 0,3-0,6 E > 0,6
Penilaian
Rendah Sedang Tinggi
HASIL DAN PEMBAHASAN A. Komposisi spesies kupu-kupu di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi. Hasil penelitian di Hutan Kota Muhammad Sabki (HKMS) Kota Jambi dari bulan Januari sampai Februari 2012 berhasil memperoleh informasi mengenai berbagai spesies kupu-kupu yang hidup di dalamnya. Kupu-kupu tersebut terdiri atas 6 famili dengan 43 spesies, yaitu famili Hesperiidae (2 spesies), famili Papilionidae (5 spesies), famili Nymphalidae (24 spesies), famili Lycaenidae (5 spesies), famili Pieridae (5 spesies), dan famili Riodinidae (2 spesies) (Lampiran I. 1). Tabel I. 2 menampilkan berbagai famili dan spesies kupu-kupu yang ditemukan di HKMS Kota Jambi.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
14
Tabel I. 2. Kelimpahan spesies kupu-kupu di HKMS Kota Jambi Transek
Family No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36
Spesies Hesperiidae Erionata thrax Hidari irava Papilionidae Papilio demoleus Papilio demolion Papilio memnon Pachliopta aristolochiae Graphium antiphates Nymphalidae Parantica aspasia Euploea eunice Euploea mulciber Euploea phaenareta Hypolimnas bolina Junonia orithya Junonia hedonia Cupa erymanthis Doleschallia bisaltide Neptis hylas Athyma reta Euripus nyctelius Taenacia iapis Taenacia pelea Ypthima baldus Mycalesis janardana Mycalesis horsfieldii Acraea violae Lexias dirtea Faunis canens Elymnias hipermnestra Elymnias nessae Lethe europa Discophora timora Lycaenidae Sithon nedymond Arhopala sp. Drupadia ravindra Eooxylides tharis Jamides sp.
Jumlah
TM
PK
HK
HC
0 3
1 9
37 6
35 1
73 19
9 0 7 1 1
9 1 0 6 1
5 4 2 1 1
12 5 6 0 2
35 10 15 8 5
0 0 2 1 25 78 8 6 8 9 11 6 9 32 95 47 49 1 18 2 64 1 0 0
2 3 1 1 18 69 9 0 4 0 25 6 13 11 155 72 9 1 32 0 6 5 3 1
2 1 4 1 13 15 6 74 10 0 34 40 7 39 21 97 114 2 50 10 0 4 0 1
0 0 0 0 0 0 7 23 3 4 20 0 9 65 28 74 55 0 104 19 0 1 0 1
4 4 7 3 56 162 30 103 25 13 90 52 38 147 299 290 227 4 204 31 70 11 3 3
2 0 0 3 11
2 4 0 1 9
7 4 21 0 119
0 0 15 9 78
11 8 36 13 217
Tabel I. 2. (Lanjutan).
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
15
Family No
Transek Spesies
TM
PK
HK
HC
Jumlah
Pieridae 37 Leptosia nina 13 26 75 34 148 38 Delias hyparete 28 9 23 20 80 39 Appias olferna 0 6 0 0 6 40 Eurema hecabe 137 123 192 154 606 41 Catopsilia scylla 17 5 0 0 22 Riodinidae 42 Zemeros emesoides 6 3 38 0 47 43 Abisara geza 0 0 5 1 6 Jumlah 710 661 1085 785 3241 Jumlah Spesies 33 37 37 27 43 Keterangan: TM = Taman, PK = Pinggir Kolam, HK = Hutan Karet, HC = Hutan Campuran
Hasil penelitian menunjukkan bahwa kupu-kupu di HKMS Kota Jambi didominasi oleh famili Nymphalidae dengan 24 spesies. Jumlah tersebut merupakan 56% dari seluruh famili yang ada (6 famili), diikuti oleh Pieridae (12%), Papilionidae dan Lycaenidae (11%), serta Riodinidae dan Hesperiidae (5%) (Gambar I. 4). Banyak penelitian melaporkan bahwa famili Nymphalidae merupakan famili yang memiliki anggota yang terbanyak pada berbagai lokasi penelitian, seperti di Taman Nasional Singapura (Koh & Sodhi 2004), Gunung Slamet Jawa Tengah (Widhiono 2004), resort Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat (Dendang 2009), Taman Observatorium Bosscha, Lembang (Subahar & Yuliana 2010), Taman Nasional Bu Gia Map, Vietnam (Vu & Vu 2011), dan Taman Alam Maharashtra, India (Raut & Pendharkar 2011). Menurut Borror dan White (1970), Nymphalidae merupakan famili terbesar dari superfamili Papilionidae. Kekayaan spesies kupu-kupu yang tinggi dari famili Nymphalidae tersebut tidak terlepas dari faktor ketersediaan tumbuhan inang kupu-kupu, baik sebagai sumber makanan maupun tempat bernaung. Beberapa famili tumbuhan pakan larva kupu-kupu dari famili Nymphalidae seperti Arecaceae, Musaceae, Poacea (Peggie & Amir 2006; Soekardi 2007) terdapat di HKMS Jambi. Keberadaan Nymphalidae yang sangat banyak merupakan hasil dari banyaknya ketersediaan sumber pakan di habitatnya (Raut & Pendharkar 2010).
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
16
Gambar I. 4. Persentase famili yang tercatat di HKMS Kota Jambi.
B. Kelimpahan Kupu-kupu di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi.
Penelitian di Hutan Kota Muhammad Sabki (HKMS) Kota Jambi berhasil mengamati 3241 individu kupu-kupu. Kelimpahan individu tertinggi ditemukan di Hutan Karet yaitu 1085 ekor, dan kelimpahan individu terendah ditemukan di Pinggir Kolam yaitu 661 ekor (Gambar I. 5). Hasil penelitian memperlihatkan bahwa kekayaan spesies tertinggi ditemukan di Hutan Karet dan Pinggir Kolam yaitu 37 spesies, serta terendah ditemukan di Hutan Campuran, yaitu 27 spesies (Gambar I. 6).
Gambar I. 5. Kelimpahan spesies kupu-kupu pada masing-masing tipe habitat.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
17
Kelimpahan individu dan kekayaan spesies kupu-kupu yang paling tinggi di Hutan Karet diduga karena faktor tutupan kanopi Hutan Karet yang tidak serapat tutupan kanopi di hutan alami seperti hutan di Taman Nasional Kerinci Seblat Jambi. Hutan Karet memiliki perbedaan tutupan kanopi antara tepi hutan dan tengah hutan. Tepi hutan lebih terbuka dari tengah hutan, hal ini menyebabkan sinar matahari yang masuk berbeda di antara kedua bagian hutan tersebut, sehingga jumlah vegetasi yang tumbuh pun berbeda. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lantai hutan di bagian tepi hutan pada tipe habitat Hutan Karet ditumbuhi oleh banyak semak dan perdu. Vegetasi merupakan sumber pakan dan tempat bernaung bagi spesies kupu-kupu. Hal itu sesuai dengan pendapat Koh dan Sodhi (2004) yang menyatakan bahwa jumlah spesies kupukupu dipengaruhi tutupan kanopi pohon dan intensitas cahaya matahari. Variasi dari tutupan kanopi, menyediakan tempat yang sesuai bagi kupu-kupu sehingga spesies kupu-kupu pada Hutan Karet menjadi lebih beragam. Kekayaan spesies kupu-kupu di Pinggir Kolam juga 37 spesies, tetapi berbeda anggota spesiesnya bila dibandingkan dengan Hutan Karet. Kekayaan spesies yang tinggi di Pinggir Kolam diduga karena daerah tersebut banyak ditumbuhi oleh tumbuhan berbunga penghasil nektar seperti Melastoma malabatricum, dan C. rutidosperma, beringin (Ficus sp.), Caesalpinia pulcherrima, dan Plumeria sp. Disamping itu juga terdapat taman anggrek, sehingga jumlah tumbuhan berbunga yang sengaja ditanam di Pinggir Kolam lebih banyak dibandingkan dengan tipe habitat lainnya. Keberadaan spesies kupu-kupu sangat tergantung pada tumbuhan inang larvanya (Schultz 1997; Schultz 1998; Thomas 2000; Thomas et al. 2004) dan juga sumber nektar untuk yang dewasa.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
18
Gambar I. 6. Kekayaan spesies kupu-kupu pada masing-masing tipe habitat.
Modifikasi habitat menjadi salah satu hal yang harus diperhatikan untuk mempertahankan kelimpahan kupu-kupu (Blair 1999; Subahar & Yuliana 2010). Blair dan Launer (1997) serta Schulze et al. (2004) menegaskan bahwa kelimpahan kupu-kupu akan semakin tinggi pada daerah dengan gangguan sedang, dimana gangguan yang terjadi menciptakan rumpang hutan. Rumpang pada hutan mendorong pertumbuhan tumbuhan akibat adanya sinar matahari yang masuk, pertumbuhan tumbuhan ini akan menyediakan sumber makanan bagi hewan. Hal tersebut menyebabkan kelimpahan spesies menjadi meningkat. Pengelolaan habitat di HKMS Kota Jambi telah menghasilkan pinggir hutan yang sedikit terbuka, sehingga kondisi tersebut tampaknya lebih disukai oleh kupukupu. Kupu-kupu memang menyukai daerah yang agak terbuka (Vu 2004; Vu 2009). Menurut Sundufu dan Dumbuya (2008), hutan yang sudah diolah dan padang rumput merupakan dua dari beberapa habitat yang memiliki jumlah kupukupu terbanyak. Eurema hecabe teramati sebagai spesies yang paling melimpah dengan 606 individu (Lampiran I.43.1 dan Lampiran I.43.2). Eurema hecabe merupakan spesies yang kosmopolit di daratan utama Asia (Yata & Morishita 1981). Tumbuhan pakan E. hecabe bervariasi seperti famili Apocynacea, Arecaceae, Asteraceae, Caesalpiniaceae, Euphorbiaceae, Mimosaceae, Rhamnaceae, Santalaceae, Theaceae, dan Verbenaceae (Peggie & Amir 2006). Sumber pakan bagi E. hecabe seperti Arecaceae, Caesalpiniaceae, dan Mimosaceae terdapat di
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
19
HKMS Kota Jambi. Menurut Yamamoto et al. (2007), kelimpahan relatif sumber pakan berpengaruh signifikan terhadap kelimpahan relatif spesies konsumennya.
C. Keanekaragaman spesies kupu-kupu
Nilai Indeks Keanekaragaman Spesies Shannon-Wiener tertinggi diperoleh di tipe habitat Hutan Karet (H’ = 1,24) dengan Indeks kemerataan spesies (E = 0,34) (Lampiran I. 4). Tipe habitat Hutan Karet memiliki keunikan tersendiri antar bagian hutannya. Tepi hutan dinaungi oleh sedikit kanopi dibandingkan bagian tengah hutan. Hal ini memberikan variasi dalam menerima paparan sinar matahari. Menurut Hamer et al. (2003), kupu-kupu memiliki perbedaan kesukaan terhadap sinar matahari langsung. Hutan yang sedikit terbuka menghasilkan ruang dan cahaya yang cukup, sehingga menarik banyak kupu-kupu yang datang dibandingkan dengan hutan alami (Spitzer et al. 1997). Lingkungan hutan yang sedikit terganggu menghasilkan banyak spesies vegetasi yang tumbuh dan berkembang, kondisi ini pada gilirannya akan mendorong datangnya kupu-kupu (Vu & Vu 2011). HKMS Kota Jambi secara umum tidak terlalu terganggu. Beberapa bagian hutan dibiarkan tanpa gangguan sama sekali.
Gambar I. 7. Nilai Indeks Keanekaragaman (H’) pada setiap lokasi penelitian. Nilai Indeks Shannon-Wiener terendah terdapat di tipe habitat Pinggir Kolam (H’ = 1,14) (Gambar I. 7). Hal tersebut didukung oleh nilai kemerataan
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
20
spesies yang rendah (E = 0,31) (Lampiran I. 3). Nilai kemerataan yang rendah menunjukkan adanya dominasi dari suatu spesies. Ypthima baldus merupakan spesies yang dominan pada tipe habitat Pinggir Kolam (155 individu) (Lampiran I. 24.1 dan Lampiran I. 24.2). Dominasi spesies kupu-kupu tertentu terjadi karena adanya perbedaan vegetasi yang umum pada masing-masing tipe habitat. Ypthima baldus merupakan spesies yang banyak ditemukan di padang rumput dan tumbuhan inangnya adalah famili Poaceae (Peggie & Amir 2006). Salah satu anggota famili Poaceae adalah Imperata cylindrica yang banyak tumbuh di sepanjang sisi kiri dan kanan Kolam. Nilai Indeks kemerataan spesies (E) paling tinggi ditemukan di Hutan Campuran (E = 0,35) (Lampiran I. 5), meskipun Indeks keanekaragaman spesies di habitat tersebut bukan yang tertinggi (Gambar I. 8). Indeks kemerataan spesies yang tinggi di Hutan Campuran menunjukkan bahwa tidak ada satu spesies yang mendominasi spesies lainnya. Semakin tinggi nilai kemerataan spesies mengindikasikan bahwa jumlah individu setiap spesies semakin seragam (Winarni 2005).
Gambar I. 8. Nilai Indeks Kemerataan (E) pada setiap lokasi penelitian. Nilai Indeks kemerataan di tipe habitat Taman dan Hutan Karet yang sama yaitu 0,34 (Gambar I.8) tetapi nilai tersebut tidak diikuti oleh nilai Indeks keanekaragaman spesies yang sama pula (Gambar I.7). Perbedaan nilai keanekaragamanan spesies tergantung pada jumlah individu dalam satu spesies
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
21
(kemerataan) dan jumlah spesies yang terdapat pada habitat tersebut (kekayaan spesies) (Rasidi et al. 2006).
KESIMPULAN
Penelitian kupu-kupu di beberapa tipe habitat di HKMS Kota Jambi berhasil memperoleh 43 spesies yang berasal dari 6 famili terdiri atas famili Hesperiidae (2 spesies), famili Papilionidae (5 spesies), famili Nymphalidae (24 spesies), famili Lycaenidae (5 spesies), famili Pieridae (5 spesies), dan famili Riodinidae (2 spesies). Famili Nymphalidae merupakan famili kupu-kupu dengan anggota spesies yang terbanyak. Keanekaragaman spesies kupu-kupu tertinggi ditemukan di tipe habitat Hutan Karet (H = 1,24) dan terendah di tipe habitat Pinggir Kolam (H = 1,14). Kelimpahan spesies kupu-kupu erat kaitannya dengan kelimpahan tumbuhan sumber pakannya. Spesies yang konsisten ditemukan di semua tipe habitat adalah E. hecabe dan M. janardana. Spesies yang hanya dijumpai di Pinggir Kolam adalah A. olferna dan L. europa.
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan inventarisasi kupu-kupu, perilaku dan respon kupu-kupu terhadap perubahan lingkungan di HKMS Kota Jambi agar diperoleh informasi yang lebih lengkap. Juga perlu dilakukan penanaman pohon asli Jambi di HKMS yang dapat menjadi sumber pakan bagi kupu-kupu.
DAFTAR ACUAN Aoki,T., S. Yamaguchi, & Y. Uémura. 1982. Satyridae-Libytheidae Part 3. Plapac Co. Ltd. Japan: 500 hlm. Barua, K.M., J. Slowik, K.S. Bobo & M. Muehlenberg. 2010. Correlation of rainfall and forest type with Papilionid assemblages in Assam in North East India. Psyce. Vol. 2010: 1-10.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
22
Barbour, M.G., J.H. Burk, W.D. Pitts, F.S. Gillian & M.W. Schwartz. 1987. Terrestial plant ecology. 3rd. Benjamin Cummings Inc. Sand Hill Road: xi + 649 hlm. Blair, R.B. 1999. Birds and butterflies along an urban gradient: surrogate taxa for Assesing biodiversity? Ecological Applications. 9 (1): 164-170. Blair, R.B. & A. E. Launer. 1997. Butterfly diversity and human land use: species assemblages along an urban gradient. Biological Conservation. Vol. 80: 113–125. Borror, D. J. & White, R. E. 1970. A field guide to insect America North of Mexico. Houghton Mifflin Company, New York: xi + 16 plate + 404 hlm. Borror, D.J., C.H.Triplehorn & N.F. Jonhson. 1992. Pengenalan pelajaran serangga. Ed. Ke-6. Terj. dari An introduction to the study of insects. 6th edition, oleh Partosoedjono, S. 1992. Gajah Mada University Press. Yogyakarta: xvii + 1083 hlm. Brower, J. E., J. H. Zar, & C. N. Von Ende. 1989. Field and laboratory methods for general ecology. 3th ed. Wm. C. Brown Publisher, Dubuqe: xi + 273 hlm. Caldas, A. & R.K. Robbins. 2003. Modified Pollard transects forassesing tropical butterfly abundance and diversity. Biological Conservation 110: 211-219. Cox, G.W. 1996. Laboratory manual of general ecology. 7th ed. Wm. C. Brown Company Publisher, Dubuqe: x + 278 hlm. Cleary, D.F.R. & A.O. Mooerst. 2004. Butterfly species richness and community composition in forests effected by ENSO-induced burning and habitat isolation in Borneo. Journal of Tropical Ecology 20: 359-367. Dahelmi, S. Salmah & I. Primadalvi. 2010. Kupu-kupu (butterflies) di Pulau Marak, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera barat. Imran M, Nana, Putera (Eds). 2010. Prosiding, seminar dan rapat tahunan BKS-PTN Wilayah Barat ke-21 10-12 Mei 2010. Padang: 8 hlm. Dendang, B. 2009. Keragaman kupu-kupu di resort Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 6(1): 25-36.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
23
Dinas Kehutanan Pemda Kota Jambi=Dishut. 2006 Taman hutan kota Muhammad Sabki. Admin, Kota Jambi: 2 hlm. http://www.pemdakotajambi.com. Last updated 24 Juni 2010 pk. 15:55 WIB. Fleming, W.A. 1983. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Second edition. Longman. Kualalumpur: x + 148 hlm. Gillott, C. 2005. Entomology Third Edition. Publised by Springer. Dordrecth: xvii + 834 hlm. Gullan, P.J. & P.S. Craston. 2005. The insects: an outline of entomology. Blackwell Publishing Ltd. Oxfort: xviii + 511 hlm. Hamer, K.C., J.K. Hill, S. Benedick, N. Mustaffa, T.N. Sherratt, M. Maryati, V.K. Chey. 2003. Ecology of butterflies in natural and selectively logged forests of northern Borneo: the importanceof habitat heterogeneity. Journal of Applications of Ecology 40: 150–162. Koh, K.P. & N.S. Sodhi. 2004. Importance of reverse, fragments and parks for butterfly conservation in a tropical urban lanscape. Ecological Applications. 14 (6): 1695-1708. Lewis, A.C. 1989. Flower visit consistency in Pieris rapae, the cabbage butterfly. Journal of Animal Ecology. 58: 1-13. Longcore, T. 2004. Analysis of butterfly survey data and methodology from San Bruno Mountain habitat conservation. GIS Research laboratory. University of Southhern California. Los Angeles:1-7. Marugama, K. 1991. Butterflies of Borneo Vol.2 No. 2 Hesperiidae. Tobishima Corporation. Tokyo: xii + 83 hlm + 48 pls. Magurran, A.E. 1988. Ecological diversity and its measurement. Princeton University Press, New Jersey: x + 179 hlm. Mastrigt, van Henk & E. Rosariyanto. 2005. Buku panduan lapangan: Kupu-kupu untuk wilayah Mamberamo sampai pegunungan Cyclops. Jakarta, Concervation International-Indonesia program : xii + 146 hlm. New, T.R. 1997. Butterfly conservation. South Melbourne, Oxford University Press : xii + 248 hlm.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
24
Peggie, J & M. Amir. 2006. Practical guide to the butterflies of bogor botanic garden. Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong : v + 126 hlm. Peggie, J. 2010. Kupu-kupu, keunikan tiada tara. Pei-pusat .orgPerhimpunan Entomologi Indonesia: 1 hlm. http://peipusat.org/?pilih=news&aksi=lihat &id=21, 2010-09-29, pk 18:59:22 WIB. PEI-Pusat. 2011. Pusat informasi kupu-kupu Sumatera. Perhimpunan Entomologi Indonesia: 1 hlm. www.rokan.org, 19-05-2011, pk 03:03 WIB. Rasidi, S., A. Basukriadi, Tb. M. Ischak. 2008. Ekologi hewan. Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta: iii + 9.28 hlm. Raut, N. B. & A. Pendharkar. 2010. Butterfly (Rhopalocera) fauna of Maharashtra Nature Park, Mumbai, Maharashtra, India. Journal of species lists and distribution. Vol. 6: 22-24. Salmah, S., I. Abbas, Dahelmi, 2002. Kupu-kupu Papilionidae di Taman Nasional Kerinci Seblat. KEHATI. Departemen Kehutanan. Taman Nasional Kerinci Seblat. Seki, Y., Y. Takanami, & K. Otsuka. 1991. Butterflies of Borneo Vol.2 No.1. Tobishima Corporation. Tokyo: 113 hlm Sundufu, A.J. & R. Dumbuya. 2008. Habitat preferences of butterflies in the Bumbuna forest, Northern Sierra Leone. Journal of Insect Science. Vol. 8: 1-17. Schultz, C.B. 1997. Planting butterfly seeds: an experiment in restoring habitat for the Fender’s blue butterfly. Conservation and management of native plants and fungi. Eds. Kaye, T.N., A. Liston, R.M. Love, D.L. Luoma, R.J. Meinke & M.V. Wilson. Native Plant Society of Oregon. Corvallis: 88-98. Schultz, C.B. 1998. Dispersal behavior and its implications for reverse design in a Rare Oregon butterfly. Conservation Biology. 12 (2): 284-292.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
25
Schultze, C.H., I. Steffan-Dewenter, & T. Tsharntke. 2004. Effecvt of land use on butterfly communities at the rainforest margin: a case study from Central Sulawesi. Nature Conservation and the the Stability of Rainforest Margins in Southeast Asia: 281-297. Soehartono, T. & Mardiastuti, A. 2003. Pelaksanaan konvensi CITES di Indonesia. Japan International Cooperation Agency. Jakarta: xxi + 317 hlm. Soekardi, H. 2007. Kupu-kupu di kampus Unila. Penerbit Universitas Lampung. Lampung: 52 hlm. Spitzer, K., J. Jaros, J. Havelka, & J. Leps. 1997. Effect on smallscale disturbance on butterfly communities of an Indochinese montane rain forest. Biological conservation. Vol. 33(2): 9-15. Stefanescu, C., J. Penuelas, & I. Filella. 2009. Rapid changes in butterfly communites following the abondonment of grasslands: a case study. Insect Conservation and Diversity. 2: 261-269. Tati Subahar, S.S. & Yuliana, A. 2010. Butterfly diversity as a data base for the Development plant of Butterfly Garden at Bosscha Observatory, Lembang, West Java. Biodiversitas. 11 (1): 24-28. Thomas, C.D. 2000. Dispersal and extinction in fragmented lanscape. Prociding Royal Sociaty London. 267: 139-145. Thomas, J.A., M.G. Telfer, D.B. Roy, C.D. Preston, J.J.D. Greenwood, J. Asher, R. Fox, R.T. Clarke & J.H. Lawton. 2004. Comparative losses of british butterflies, birds, and plants and the global extinction. Science. 303: 1879-1881. Tsukada, E. 1985. Nymphalidae (I) Part 4. Plapac Co. Ltd. Japan: 558 hlm. Tsukada, E. 1991. Nymphalidae (II) Part 5. Azumino butterflies’s Reseach Institute. Japan: 576 hlm. Tweedie, M.W.F and J.L. Harrison. 1953. Malayan animal life. Longmans Green and Co. London iix+ 237 hlm. UKBMS (=United Kingdom Butterfly Monitoring Scheme). Methods for recording butterfly transect. www.ukbms.org. 14 April 2011, pkl 18.28.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
26
Vu V. L. 2004. The decline of butterfly (Lepidoptera, Rhpoalocera) abundance due to habitat destruction: result of butterfly monitoring in two years in Tam Dao Nasional Park. Vietnam Russia tropical Center: 100-105. Vu, V.L. 2009. Diversity and similarity of butterfly communities in five different habitat types at Tam Dao National Park, Vietnam. Journal of Zoology. Vol. 277 (1): 15–22. Vu, V. L. & C. Q. Vu. 2011. Diversity pattern of butterly communities (Lepidoptera, Papilionoidae) in dofferent habitat types in a tropical rain forest of Southern Vietnam. Internasional Scholarly Network Zoology Vol. 2011: 1-8. Widhiono, I. 2004. Dampak modifikasi hutan terhadap keragaman hayati kupukupu di gunung Slamet Jawa Tengah. 2004. Biosfera 21 (3):89-94. Winarni, N. L. 2005. Analisa sederhana dalam ekologi hidupanliar. Pelatihan survei biodiversitas, Way Canguk: 7 hlm. Yamamoto, N., J. Yokoyama & M. Kawata. 2007. Relative resource abundance explains butterfly biodiversity in island communities. PNAS 104(25): 10524-10529. Yata, O. & Morishita, K. 1981. Pieridae-Danaidae Part 2. Plapac Co. Ltd. Japan: 206-438 hlm + 1-84 pls dan 439-628 hlm + 85-162 pls.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
27
Lampiran I. 1. Spesies kupu-kupu yang terdata selama penelitian di HKMS Kota Jambi (d = dorsal, v = ventral, ♂ = jantan, ♀ = betina). A. Family Hesperiidae
1.1. Erionata trax (d)
2.1. Hidari irava (d)
1.2. Erionata trax (v)
2.2. Hidari irava (v)
B. Family Papilionidae
3.1. Papilio demoleus (d)
3.2. Papilio demoleus (v)
4.1. Papilio demolion (d)
4.2. Papilio demolion (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
28
Lampiran I. 1. (Lanjutan).
5.1. Papilio memnon (d)
5.2. Papilio memnon (v)
6.1. Pachliopta aristolochiae (d)
6.2. Pachliopta aristolochiae (v)
7.1. Graphium antiphates (d)
7.2. Graphium antiphates (v)
C. Family Nymphalidae
8.1. Parantica aspasia (d)
8.2. Parantica aspasia (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
29
Lampiran I.1. (Lanjutan).
9.1. Eploea eunice (d)
9.2. Eploea eunice (v)
10.1. Eploea mulciber (d)
10.2. Eploea mulciber (v)
11.1. Eploea phaenareta (d)
11.2. Eploea phaenareta (v)
12.1. Hypolimnas bolina ♀(d)
12.2. Hypolimnas bolina ♀(v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
30
Lampiran I. 1. (Lanjutan).
13.1. Hypolimnas bolina ♂ (d)
13.2. Hypolimnas bolina ♂(v)
14.1. Junonia orithya ♀(d)
14.2. Junonia orithya ♀ (v)
15.1. Junonia orithya♂ (d)
15.2. Junonia orithya ♂ (v)
16.1. Junonia hedonia (d)
16.2. Junonia hedonia (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
31
Lampiran I.1. (Lanjutan).
17.1. Cupa erimanthys (d)
17.2. Cupa erimanthys (v)
18.1. Doleschallia scylla (d)
18.2. Doleschallia scylla (v)
19.1. Neptis hylas (d)
19.2. Neptis hylas (v)
20.1. Athyma reta (d)
20.2. Athyma reta (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
32
Lampiran I. 1. (Lanjutan).
21.1. Euripus nyctelius (d)
21.2. Euripus nyctelius (v)
22.1. Taenacia iapis (d)
22.2. Taenacia iapis (v)
23.1. Taenacia pelea (d)
23.2. Taenacia pelea (v)
24.1. Ypthima baldus (d)
24.2. Ypthima baldus (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
33
Lampiran I. 1. (Lanjutan).
25.1. Mycalesis janardana (d)
25.2. Mycalesis janardana (v)
26.1. Mycalesis horsfieldii (d)
26.2. Mycalesis horsfieldii (v)
27.1. Acraea violae (d)
27.2. Acraea violae (v)
28.1. Lexias dirtea ♀ (d)
28.2. Lexias dirtea♀ (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
34
Lampiran I. 1. (Lanjutan).
29.1. Lexias dirtea ♂ (d)
29.2. Lexias dirtea ♂(v)
30.1. Faunis canens (d)
30.2. Faunis canens (v)
31.1. Elymnias hipermnestra (d)
31.2. Elymnias hipermnestra (v)
32.1. Elymnias nessae (d)
32.2. Elymnias nessae (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
35
Lampiran I. 1. (Lanjutan).
33.1. Lethe europa (d)
33.2. Lethe europa (v)
34.1. Dischopora timora (d)
34.2. Dischopora timora (v)
D. Family Lycaenidae
35.1. Sithon nedymon (d)
35.2. Sithon nedymon (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
36
Lampiran I. 1. (Lanjutan).
36.1. Arhopala sp. (d)
36.2. Arhopala sp. (v)
37.1. Drupadia ravindra (d)
37.2. Drupadia ravindra (v)
38.1. Eooxylides tharis (d)
38.2. Eooxylides tharis (v)
39.1. Jamides sp. (d)
39.1. Jamides sp. (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
37
Lampiran I. 1. (Lanjutan). E. Family Pieridae
40. 1. Leptosia nina (d)
40.2. Leptosia nina (v)
41.1. Delias hyparete (d)
41.2. Delias hyparete (v)
42.1. Appias olferna (d)
42.2. Appias olferna (v)
43.1. Eurema hecabe (d)
43.2. Eurema hecabe (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
38
Lampiran I. 1. (Lanjutan).
44.1. Catopsilia scylla (d)
44.2. Catopsilia scylla (v)
F. Family Riodinidae
45.1. Zemeros emesoides (d)
45.2. Zemeros emesoides (v)
46.1. Abisara geza (d)
46.2. Abisara geza (v)
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
39
Lampiran I. 2. Indeks keanekaragaman (H) dan kemerataan (E) pada tipe habitat Taman. N
pi
KM
Hidari irava
Spesies
n 3
710
0,0042254
0,422535
-2,3741371
Log pi
H'
S
Ln S
-0,01
33
3,4965076
-0,002869
Papilio demoleus
9
710
0,0126761
1,267606
Papilio memnon
7
710
0,0098592
0,985915
Pachliopta aristolochiae
1
710
0,0014085
Graphium antiphates
1
710
0,0014085
Euploea mulciber
2
710
0,0028169
E
-1,8970158
-0,024
33
3,4965076
-0,0068773
-2,0061603
-0,0198
33
3,4965076
-0,0056568
0,140845
-2,8512583
-0,004
33
3,4965076
-0,0011485
0,140845
-2,8512583
-0,004
33
3,4965076
-0,0011485
0,28169
-2,5502284
-0,0072
33
3,4965076
-0,0020545
Euploea phaenareta
1
710
0,0014085
0,140845
-2,8512583
-0,004
33
3,4965076
-0,0011485
Hypolimnas bolina
25
710
0,0352113
3,521127
-1,4533183
-0,0512
33
3,4965076
-0,0146355
Junonia orithya
78
710
0,1098592
10,98592
-0,9591637
-0,1054
33
3,4965076
-0,0301366
Junonia hedonia
8
710
0,0112676
1,126761
-1,9481684
-0,022
33
3,4965076
-0,006278
Cupa erymanthis
6
710
0,0084507
0,84507
-2,0731071
-0,0175
33
3,4965076
-0,0050105
Doleschallia bisaltide
8
710
0,0112676
1,126761
-1,9481684
-0,022
33
3,4965076
-0,006278
Neptis hylas
9
710
0,0126761
1,267606
-1,8970158
-0,024
33
3,4965076
-0,0068773
Athyma reta
11
710
0,015493
1,549296
-1,8098657
-0,028
33
3,4965076
-0,0080195
Euripus nyctelius
6
710
0,0084507
0,84507
-2,0731071
-0,0175
33
3,4965076
-0,0050105
Taenacia iapis
9
710
0,0126761
1,267606
-1,8970158
-0,024
33
3,4965076
-0,0068773
Taenacia pelea
32
710
0,0450704
4,507042
-1,3461084
-0,0607
33
3,4965076
-0,0173515
Ypthima baldus
95
710
0,1338028
13,38028
-0,8735347
-0,1169
33
3,4965076
-0,033428
Mycalesis janardana
47
710
0,0661972
6,619718
-1,1791605
-0,0781
33
3,4965076
-0,0223243
Mycalesis horsfieldii
49
710
0,0690141
6,901408
-1,1610623
-0,0801
33
3,4965076
-0,0229171 -0,0011485
Acraea violae
1
710
0,0014085
0,140845
-2,8512583
-0,004
33
3,4965076
Lexias dirtea
18
710
0,0253521
2,535211
-1,5959858
-0,0405
33
3,4965076
-0,011572
Faunis canens
2
710
0,0028169
0,28169
-2,5502284
-0,0072
33
3,4965076
-0,0020545
64
710
0,0901408
9,014085
-1,0450784
-0,0942
33
3,4965076
-0,0269424
1
710
0,0014085
0,140845
-2,8512583
-0,004
33
3,4965076
-0,0011485 -0,0020545
Elymnias hipermnestra Elymnias nessae Sithon nedymond
2
710
0,0028169
0,28169
-2,5502284
-0,0072
33
3,4965076
Eooxylides tharis
3
710
0,0042254
0,422535
-2,3741371
-0,01
33
3,4965076
-0,002869
Jamides sp
11
710
0,015493
1,549296
-1,8098657
-0,028
33
3,4965076
-0,0080195
Leptosia nina
13
710
0,0183099
1,830986
-1,737315
-0,0318
33
3,4965076
-0,0090976
Delias hyparete
28
710
0,0394366
3,943662
-1,4041003
-0,0554
33
3,4965076
-0,0158367
Eurema hecabe
137
710
0,1929577
19,29577
-0,7145378
-0,1379
33
3,4965076
-0,0394324
Catopsilia scylla
17
710
0,0239437
2,394366
-1,6208094
-0,0388
33
3,4965076
-0,0110991
6
710
0,0084507
0,84507
-2,0731071
-0,0175
33
3,4965076
-0,0050105
1
100
-63,178023
-1,197
Zemeros emesoides Jumlah
710
-0,3423329
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
40
Lampiran I. 3. Indeks keanekaragaman (H) dan kemerataan (E) pada tipe habitat Pinggir Kolam. Spesies
N
N
pi
KM
Log pi
H'
S
Ln S
E
Erionata thrax
1
661
0,0015129
0,15128593
-2,820201
-0,004267
37
3,6109179
-0,00118
Hidari irava
9
661
0,0136157
1,36157337
-1,865959
-0,025406
37
3,6109179
-0,00704
Papilio demoleus
9
661
0,0136157
1,36157337
-1,865959
-0,025406
37
3,6109179
-0,00704
Papilio demolion Pachliopta aristolochiae Graphium antiphates
1
661
0,0015129
0,15128593
-2,820201
-0,004267
37
3,6109179
-0,00118
6
661
0,0090772
0,90771558
-2,04205
-0,018536
37
3,6109179
-0,00513
1
661
0,0015129
0,15128593
-2,820201
-0,004267
37
3,6109179
-0,00118
Parantica aspasia
2
661
0,0030257
0,30257186
-2,519171
-0,007622
37
3,6109179
-0,00211
Euploea eunice
3
661
0,0045386
0,45385779
-2,34308
-0,010634
37
3,6109179
-0,00295
Euploea mulciber Euploea phaenareta
1
661
0,0015129
0,15128593
-2,820201
-0,004267
37
3,6109179
-0,00118
1
661
0,0015129
0,15128593
-2,820201
-0,004267
37
3,6109179
-0,00118
Hypolimnas bolina
18
661
0,0272315
2,72314675
-1,564929
-0,042615
37
3,6109179
-0,0118
Junonia orithya
69
661
0,1043873
10,4387292
-0,981352
-0,102441
37
3,6109179
-0,02837
Junonia hedonia Doleschallia bisaltide
9
661
0,0136157
1,36157337
-1,865959
-0,025406
37
3,6109179
-0,00704
4
661
0,0060514
0,60514372
-2,218141
-0,013423
37
3,6109179
-0,00372
25
661
0,0378215
3,78214826
-1,422261
-0,053792
37
3,6109179
-0,0149
6
661
0,0090772
0,90771558
-2,04205
-0,018536
37
3,6109179
-0,00513
Taenacia iapis
13
661
0,0196672
1,9667171
-1,706258
-0,033557
37
3,6109179
-0,00929
Taenacia pelea
11
661
0,0166415
1,66414523
-1,778809
-0,029602
37
3,6109179
-0,0082
Ypthima baldus Mycalesis janardana Mycalesis horsfieldii
155
661
0,2344932
23,4493192
-0,62987
-0,1477
37
3,6109179
-0,0409
72
661
0,1089259
10,892587
-0,962869
-0,104881
37
3,6109179
-0,02905
9
661
0,0136157
1,36157337
-1,865959
-0,025406
37
3,6109179
-0,00704
Acraea violae
1
661
0,0015129
0,15128593
-2,820201
-0,004267
37
3,6109179
-0,00118
Lexias dirtea Elymnias hipermnestra
32
661
0,0484115
4,84114977
-1,315051
-0,063664
37
3,6109179
-0,01763
6
661
0,0090772
0,90771558
-2,04205
-0,018536
37
3,6109179
-0,00513
Athyma reta Euripus nyctelius
Elymnias nessae
5
661
0,0075643
0,75642965
-2,121231
-0,016046
37
3,6109179
-0,00444
Lethe europa
3
661
0,0045386
0,45385779
-2,34308
-0,010634
37
3,6109179
-0,00295
Discophora timora
1
661
0,0015129
0,15128593
-2,820201
-0,004267
37
3,6109179
-0,00118
Sithon nedymond
2
661
0,0030257
0,30257186
-2,519171
-0,007622
37
3,6109179
-0,00211
Arhopala sp
4
661
0,0060514
0,60514372
-2,218141
-0,013423
37
3,6109179
-0,00372
Eooxylides tharis
1
661
0,0015129
0,15128593
-2,820201
-0,004267
37
3,6109179
-0,00118
Jamides sp
9
661
0,0136157
1,36157337
-1,865959
-0,025406
37
3,6109179
-0,00704
26
661
0,0393343
3,93343419
-1,405228
-0,055274
37
3,6109179
-0,01531
Leptosia nina
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
41
Lampiran I. 3. (lanjutan). Spesies
n
N
pi
KM
Log pi
H'
S
Ln S
E
Delias hyparete
9
661
0,0136157
1,36157337
-1,865959
-0,025406
37
3,6109179
-0,00704
Appias olferna
6
661
0,0090772
0,90771558
-2,04205
-0,018536
37
3,6109179
-0,00513
Eurema hecabe
123
661
0,1860817
18,6081694
-0,730296
-0,135895
37
3,6109179
-0,03763
Catopsilia scylla
5
661
0,0075643
0,75642965
-2,121231
-0,016046
37
3,6109179
-0,00444
Zemeros emesoides
3
661
0,0045386
0,45385779
-2,34308
-0,010634
37
3,6109179
-0,00295
1
100
-75,16882
-1,13622
Jumlah
661
-0,31466
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
42
Lampiran I. 4. Indeks keanekaragaman (H) dan kemerataan (E) pada tipe habitat Hutan Karet. Spesies
n
N
Pi
KM
Log pi
H'
S
Ln S
E
37
1085
0,034101
3,410138
-1,46722801
-0,0500345
37
3,6109179
-0,0138565
Hidari irava
6
1085
0,00553
0,552995
-2,25727849
-0,0124826
37
3,6109179
-0,0034569
Papilio demoleus
5
1085
0,004608
0,460829
-2,33645973
-0,0107671
37
3,6109179
-0,0029818
Papilio demolion
4
1085
0,003687
0,368664
-2,43336975
-0,0089709
37
3,6109179
-0,0024844
Papilio memnon
2
1085
0,001843
0,184332
-2,73439974
-0,0050404
37
3,6109179
-0,0013959
Pachliopta aristolochiae
1
1085
0,000922
0,092166
-3,03542974
-0,0027976
37
3,6109179
-0,0007748
Graphium antiphates
1
1085
0,000922
0,092166
-3,03542974
-0,0027976
37
3,6109179
-0,0007748
Parantica aspasia
2
1085
0,001843
0,184332
-2,73439974
-0,0050404
37
3,6109179
-0,0013959
Euploea eunice
1
1085
0,000922
0,092166
-3,03542974
-0,0027976
37
3,6109179
-0,0007748
Euploea mulciber
4
1085
0,003687
0,368664
-2,43336975
-0,0089709
37
3,6109179
-0,0024844
Euploea phaenareta
1
1085
0,000922
0,092166
-3,03542974
-0,0027976
37
3,6109179
-0,0007748
Hypolimnas bolina
13
1085
0,011982
1,198157
-1,92148639
-0,0230224
37
3,6109179
-0,0063758
Junonia orithya
15
1085
0,013825
1,382488
-1,85933848
-0,0257051
37
3,6109179
-0,0071187
Junonia hedonia
6
1085
0,00553
0,552995
-2,25727849
-0,0124826
37
3,6109179
-0,0034569
Cupa erymanthis
74
1085
0,068203
6,820276
-1,16619802
-0,0795379
37
3,6109179
-0,0220271
Doleschallia bisaltide
10
1085
0,009217
0,921659
-2,03542974
-0,0187597
37
3,6109179
-0,0051953
Athyma reta
34
1085
0,031336
3,133641
-1,50395082
-0,0471284
37
3,6109179
-0,0130516
Euripus nyctelius
40
1085
0,036866
3,686636
-1,43336975
-0,0528431
37
3,6109179
-0,0146343
Taenacia iapis
7
1085
0,006452
0,645161
-2,1903317
-0,0141312
37
3,6109179
-0,0039135
Taenacia pelea
39
1085
0,035945
3,59447
-1,44436513
-0,0519173
37
3,6109179
-0,0143779
Ypthima baldus
21
1085
0,019355
1,935484
-1,71321044
-0,0331589
37
3,6109179
-0,009183
Mycalesis janardana
97
1085
0,089401
8,940092
-1,048658
-0,093751
37
3,6109179
-0,0259632
Mycalesis horsfieldii
114
1085
0,105069
10,50691
-0,97852489
-0,1028128
37
3,6109179
-0,0284727
Acraea violae
2
1085
0,001843
0,184332
-2,73439974
-0,0050404
37
3,6109179
-0,0013959
Lexias dirtea
50
1085
0,046083
4,608295
-1,33645973
-0,061588
37
3,6109179
-0,0170561
Faunis canens
10
1085
0,009217
0,921659
-2,03542974
-0,0187597
37
3,6109179
-0,0051953
Elymnias nessae
4
1085
0,003687
0,368664
-2,43336975
-0,0089709
37
3,6109179
-0,0024844
Discophora timora
1
1085
0,000922
0,092166
-3,03542974
-0,0027976
37
3,6109179
-0,0007748
Sithon nedymond
7
1085
0,006452
0,645161
-2,1903317
-0,0141312
37
3,6109179
-0,0039135
Arhopala sp
4
1085
0,003687
0,368664
-2,43336975
-0,0089709
37
3,6109179
-0,0024844
21
1085
0,019355
1,935484
-1,71321044
-0,0331589
37
3,6109179
-0,009183
119
1085
0,109677
10,96774
-0,95988278
-0,1052775
37
3,6109179
-0,0291553
75
1085
0,069124
6,912442
-1,16036847
-0,0802098
37
3,6109179
-0,0222131
Erionata thrax
Drupadia ravindra Jamides sp Leptosia nina
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
43
Lampiran I. 4. (Lanjutan). Spesies
n
N
pi
KM
Log pi
H'
S
Ln S
E
Delias hyparete
23
1085
0,021198
2,119816
-1,6737019
-0,0354794
37
3,6109179
-0,0098256
Eurema hecabe Zemeros emesoides
192
1085
0,176959
17,69585
-0,75212851
-0,1330956
37
3,6109179
-0,0368592
38
1085
0,035023
3,502304
-1,45564614
-0,0509812
37
3,6109179
-0,0141186
5
1085
0,004608
0,460829
-2,33645973
-0,0107671
37
3,6109179
-0,0029818
1
100
-74,3405541
-1,2369761
Abisara geza Jumlah
1085
-0,3425655
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
44
Lampiran I. 5. Indeks keanekaragaman (H) dan kemerataan (E) pada tipe habitat Hutan Campuran. Spesies Erionata thrax Hidari irava
n
N
pi
KM
35
785
0,044585987
4,458598726
Log pi -1,350802
H' -0,0602268
S
Ln S
E
27
3,2958369
-0,0182736
1
785
0,001273885
0,127388535
-2,89487
-0,0036877
27
3,2958369
-0,0011189
Papilio demoleus
12
785
0,015286624
1,52866242
-1,815688
-0,0277557
27
3,2958369
-0,0084215
Papilio demolion
5
785
0,006369427
0,636942675
-2,1959
-0,0139866
27
3,2958369
-0,0042437
Papilio memnon
6
785
0,007643312
0,76433121
-2,116718
-0,0161787
27
3,2958369
-0,0049088
Graphium antiphates
2
785
0,002547771
0,25477707
-2,59384
-0,0066085
27
3,2958369
-0,0020051
Junonia hedonia
7
785
0,008917197
0,891719745
-2,049772
-0,0182782
27
3,2958369
-0,0055459
Cupa erymanthis Doleschallia bisaltide
23
785
0,029299363
2,929936306
-1,533142
-0,0449201
27
3,2958369
-0,0136293
3
785
0,003821656
0,382165605
-2,417748
-0,0092398
27
3,2958369
-0,0028035
Neptis hylas
4
785
0,005095541
0,50955414
-2,29281
-0,0116831
27
3,2958369
-0,0035448
Athyma reta
20
785
0,025477707
2,547770701
-1,59384
-0,0406074
27
3,2958369
-0,0123208
Taenacia iapis
9
785
0,011464968
1,146496815
-1,940627
-0,0222492
27
3,2958369
-0,0067507
Taenacia pelea
65
785
0,082802548
8,280254777
-1,081956
-0,0895887
27
3,2958369
-0,0271824
Ypthima baldus
28
785
0,03566879
3,566878981
-1,447712
-0,0516381
27
3,2958369
-0,0156677
Mycalesis janardana
74
785
0,094267516
9,426751592
-1,025638
-0,0966843
27
3,2958369
-0,0293353 -0,0245428
Mycalesis horsfieldii
55
785
0,070063694
7,006369427
-1,154507
-0,080889
27
3,2958369
Lexias dirtea
104
785
0,132484076
13,24840764
-0,877836
-0,1162993
27
3,2958369
-0,0352867
Faunis canens
19
785
0,024203822
2,420382166
-1,616116
-0,0391162
27
3,2958369
-0,0118684
Elymnias nessae
1
785
0,001273885
0,127388535
-2,89487
-0,0036877
27
3,2958369
-0,0011189
Discophora timora
1
785
0,001273885
0,127388535
-2,89487
-0,0036877
27
3,2958369
-0,0011189
Drupadia ravindra
15
785
0,01910828
1,910828025
-1,718778
-0,0328429
27
3,2958369
-0,009965
9
785
0,011464968
1,146496815
-1,940627
-0,0222492
27
3,2958369
-0,0067507
Jamides sp
78
785
0,099363057
9,936305732
-1,002775
-0,0996388
27
3,2958369
-0,0302317
Leptosia nina
34
785
0,043312102
4,331210191
-1,363391
-0,0590513
27
3,2958369
-0,0179169
Delias hyparete
20
785
0,025477707
2,547770701
-1,59384
-0,0406074
27
3,2958369
-0,0123208
Eurema hecabe
154
785
0,196178344
19,61783439
-0,707349
-0,1387665
27
3,2958369
-0,0421036
1
785
0,001273885
0,127388535
-2,89487
-0,0036877
27
3,2958369
-0,0011189
1
100
-49,01089
-1,1538571
Eooxylides tharis
Abisara geza Jumlah
785
-0,3500953
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
MAKALAH II
DISTRIBUSI KUPU-KUPU DI BERBAGAI TIPE HABITAT HUTAN KOTA MUHAMMAD SABKI KOTA JAMBI
Sri Estalita Rahayu [emailprotected]
Abstract Distribution of butterflies (Lepidoptera; Rhopalocera) of the urban forest of Muhammad Sabki, Jambi were studied from January to February 2012. The urban forest was divided into four different habitat types: the Park, the Stream side, the Rubber forest, and the Mixed forest. Two transect routes were established for each habitat type. Observations were made on the number of individuals of each species of butterflies found within the transects. Data were analyzed by Sorenson indices. Based on their similarity indices of species (IS), the community of butterfly of the urban forest consisted of three communities: the Park, the Stream Side-Rubber Forest, and the Mixed Forest. The highest IS was found in the Stream Side-Rubber Forest. Nevertheless, high similarity indices (>0.7) of the butterflies between communities indicating that the communities of the butterfly had almost similar species composition, and most species were widely distributed across all habitat types of the urban forest. Key words
: butterfly, distribution, Jambi, species similarity, urban forest.
PENDAHULUAN
Kupu-kupu adalah hewan avertebrata yang dapat digunakan sebagai indikator lingkungan, karena sudah terdeskripsi dengan baik, mudah diamati, dan sensitif terhadap perubahan vegetasi dan pengelolaan pada daerah tertentu (New 1997). Pola distribusi dan kelimpahan kupu-kupu sangat tergantung pada variasi cuaca untuk jangka pendek, tetapi untuk jangka panjang tergantung pada tingkat gangguan habitat (Kocher & Williams 2000). Semakin banyak jumlah kupu-kupu di suatu habitat, maka semakin baik lingkungannya (Blair 1999; Thomas et al. 2004; Brown & Opler 1990). Banyak penelitian telah dilakukan mengenai respon kupu-kupu terhadap lingkungan di berbagai belahan dunia. Penelitian yang dilakukan oleh Koh dan
45 Universitas Indonesia Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
46
Sodhi (2004) di Singapura memperlihatkan bahwa perubahan pada tutupan kanopi dan intensitas cahaya memberikan pengaruh terhadap kelimpahan dan komposisi kupu-kupu. Penelitian Sundufu dan Dumbuya (2007) menunjukkan bahwa spesies dengan wilayah sebaran yang terbatas lebih sensitif daripada spesies dengan wilayah sebaran yang lebih luas terhadap gangguan manusia dan perubahan struktur hutan. Vu (2004) menyimpulkan bahwa kelimpahan kupukupu semakin berkurang seiring dengan kerusakan habitat di Taman Nasional Tam Dao Vietnam. Hal serupa juga disimpulkan oleh Stefanescu et al. (2009) yang menyatakan bahwa kelimpahan kupu-kupu mengikuti perubahan habitat tempat kupu-kupu tersebut berada. Salah satu habitat alami yang disediakan untuk satwa liar adalah hutan kota. Menurut PP No. 63 Tahun 2002, hutan kota adalah suatu hamparan lahan yang bertumbuhan pohon-pohon yang kompak dan rapat di dalam wilayah perkotaan baik pada tanah negara maupun pada tanah hak milik, yang ditetapkan sebagai hutan kota oleh pejabat yang berwenang. Tujuan keberadaan Hutan kota adalah untuk kelestarian, keserasian dan keseimbangan ekosistem perkotaan yang meliputi unsur lingkungan, sosial dan budaya (Dishut 2006). Indonesia sangat kaya dengan spesies fauna kupu-kupu dan diperkirakan ada lebih dari 2000 spesies (Amir & Kahono 2003). Penyebaran kupu-kupu dibatasi oleh faktor-faktor geologi, faktor ekologi yang cocok dan jenis-jenis tanaman inang yang menyediakan nektar dan makanan bagi larvanya serta perbedaan iklim, musim, dan ketinggian tempat (Peggie & Amir 2006). Penyebaran kupu-kupu di Indonesia terbagi atas dua, yaitu kupu-kupu di daerah Indonesia bagian Barat yang berasal dari daratan Asia dan kupu-kupu di wilayah Timur Indonesia yang berasal dari Australia (Cox & Moore 1983; Brown & Gibson 1983). Pola distribusi dan kelimpahan spesies kupu-kupu sangat tergantung pada variasi cuaca untuk jangka pendek, tetapi untuk jangka panjang tergantung pada tingkat gangguan habitat (Kocher & Williams 2000). Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari distribusi dan kesamaan spesies kupu-kupu di berbagai tipe habitat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
47
BAHAN DAN CARA KERJA
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi dari bulan Januari 2012 sampai bulan Februari 2012.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan yaitu kompas, meteran, stopwatch, tali tambang 100 m, 150 m dan 200 m, jaring serangga diameter 60 cm, kamera, field guide kupukupu dari LIPI, kotak spesimen, termometer, stereofoam, jarum pentul, kamper, penggaris merk butterfly’s, peralatan tulis, dan lembar pengamatan.
C. Metode Penelitian
Observasi awal dilakukan untuk mengetahui spesies kupu-kupu yang terdapat di Hutan Kota Muhammad Sabki Kota Jambi, menentukan tipe habitat kupu-kupu, dan lokasi sampling. Berdasarkan hasil observasi pada tipe habitat kupu-kupu, maka hutan kota tersebut dapat dibagi menjadi empat tipe habitat, yaitu hutan karet, hutan campuran, taman, dan pinggir kolam. Pengumpulan data spesies kupu-kupu menggunakan metode transek, yaitu dengan berjalan sepanjang garis transek Pollard dan Yates (Caldas & Robbins 2003; Longcore 2004 ; Royer et al. 1998). Lokasi transek di setiap tipe habitat ditentukan secara purposive random sampling. Pada masing-masing tipe habitat diletakkan dua buah transek pada lokasi yang sudah ditentukan. Garis transek dibuat sepanjang 100 m – 200 m. Pengamatan dilakukan pada pagi hari pukul 08.00 – 12.00 WIB dan sore hari pukul 13.00 – 16.00 WIB (Lewis 1989; Barua et al. 2010). Rentang waktu pengamatan pada masing-masing tipe habitat pada setiap transek adalah satu jam, ditentukan dengan menggunakan stopwatch. Pendataan kupu-kupu dilakukan dengan berjalan perlahan mengikuti alur
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
48
transek dengan kecepatan yang relatif stabil. Setiap individu yang dijumpai dicatat ke lembar pengamatan lapangan meskipun dari spesies yang sama. Lebar transek dibuat konstan, yaitu 2,5 m ke kanan dan ke kiri serta 5 m kedepan. Lebar transek ditambah jika habitat tidak memungkinkan untuk dilalui. Lebar transek diperbolehkan 5 m ke salah satu sisi transek (UKBMS 2011). Kupu-kupu ditangkap menggunakan jaring serangga untuk keperluan identifikasi. Sampel yang digunakan sebagai koleksi masing-masing satu individu setiap spesies kemudian dipijit bagian toraksnya sampai mati, kemudian disimpan ke dalam kertas papilot. Semua sampel koleksi yang diperoleh tersebut kemudian dibawa ke laboratorium untuk dipreservasi. Sampel mula-mula dikeluarkan dari kertas, lalu dipinning dengan menggunakan jarum serangga pada bagian tengah toraks (Gullan & Cranston 2005). Parameter yang diamati dibagi atas faktor fisik meliputi temperatur dan kelembaban. Parameter terhadap kupu-kupu yaitu jumlah, aktivitas, dan jenis kelamin kupu-kupu. Pada masing-masing transek dilakukan pengamatan sebanyak 8 kali ulangan. Sampel yang diperoleh diidentifikasi di Laboratorium Keanekaragaman Hewan Departemen Biologi FMIPA UI. Sampel yang diperoleh diawetkan dengan cara mengeringkan di udara terbuka dengan membentangkan sayap pada gabus (Borror et al. 1992). Sampel yang diawetkan merupakan perwakilan dari setiap spesies yang ada, masing-masing spesies diambil sebanyak satu ekor. Sampel yang belum dapat diidentifikasi dibawa ke Balitbang Zoologi Puslitbang Biologi LIPI Cibinong, Jawa Barat untuk dibandingkan dengan koleksi yang terdapat disana.
Analisis Data
Kesamaan spesies antar tipe habitat diuji dengan Indeks Kesamaan Spesies Sorensen (IS) melalui pencatatan kehadiran spesies pada setiap tipe habitat. Penghitungan menggunakan software MVSP versi 3.1 dioperasikan dengan Windows 7 sehingga dihasilkan dendogram. Data disajikan dalam bentuk dendogram kelompok kesamaan spesies di tiap-tiap tipe habitat. Data distribusi
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
49
spesies kupu-kupu mengacu pada (Fleming 1983; Otsuka 1988; Marugama 1991; Seki et al. 1991; Tsukada 1985; Tsukada 1991; Yata & Morishita 1981).
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Kesamaan spesies antar tipe habitat.
Hasil analisis berdasarkan Indeks kesamaan (IS) spesies kupu-kupu dalam bentuk dendogram membagi komunitas kupu-kupu di HKMS Kota Jambi menjadi tiga kelompok yaitu Taman, Pinggir Kolam-Hutan Karet, dan Hutan Campuran (Gambar II. 1). Nilai Indeks Kesamaan Spesies kupu-kupu antar tipe habitat di HKMS Kota Jambi berkisar antara 0,73–0,86. Nilai IS tertinggi diperoleh antar tipe habitat Pinggir Kolam dan Hutan Karet (IS = 0,86) yang memperlihatkan bahwa spesies kupu-kupu di dua tipe habitat tersebut paling mirip. Lokasi Hutan Karet dan Pinggir Kolam yang relatif berdekatan diduga menjadi penyebab kedua tipe habitat tersebut mempunyai nilai Indeks kesamaan spesies yang paling tinggi. Kupu-kupu di dua habitat tersebut diperkirakan dapat berpindah lokasi dengan mudah. Menurut Erhartd (1985), kupu-kupu mempunyai kemampuan berpindah untuk memperoleh lingkungan yang sesuai baginya. Nilai IS antara Hutan Campuran dengan tipe habitat lainnya yang paling rendah (IS = 0,73) menunjukkan bahwa tipe habitat tersebut memiliki komunitas kupu-kupu yang paling berbeda. Meskipun demikian, dengan melihat nilai IS yang cukup tinggi (IS > 0,73), maka dapatlah disimpulkan bahwa komunitas kupu-kupu di berbagai tipe habitat di HKMS Kota Jambi adalah hampir sama.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
50
Indeks Kesamaan Sorensen
HC TM PK HK 0.7
0.75
0.8
0.85
0.9
0.95
1
Sorensen's Coefficient - Data log(10) transformed
Gambar II. 1. Dendogram Indeks kesamaan spesies antar tipe habitat. Kesamaan spesies pada komunitas kupu-kupu sangat ditentukan oleh faktor lingkungan seperti tumbuhan inang, cara makan dan sebagainya (Koh & Sodhi 2004). Indeks kesamaan spesies antara tipe habitat Hutan Campuran (Gambar II. 2) dengan tipe-tipe habitat lainnya yang rendah lebih disebabkan oleh jumlah spesies yang ditemukan di sana paling rendah, yaitu hanya 27 spesies. Hutan Campuran di HKMS Kota Jambi banyak ditumbuhi oleh rotan (Callamus sp.) dan bambu (Bambusa sp.). Vu dan Vu (2011) melaporkan bahwa hutan bambu di Tropical Rain Forest of Southern Vietnam mempunyai keanekaragaman dan kekayaan spesies yang sedikit.
Gambar II. 2. Jumlah spesies kupu-kupu pada setiap lokasi.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
51
Jumlah spesies kupu-kupu yang ditemui di Pinggir Kolam adalah sama dengan yang ada di Hutan Karet, yaitu 37 spesies (Gambar II. 2). Pinggir Kolam ditumbuhi oleh banyak tumbuhan berbunga seperti Melastoma malabathricum, sehingga banyak kupu-kupu yang tertarik untuk datang. Daerah sepanjang aliran kolam yang menyediakan ruang terbuka menyokong keberadaan kupu-kupu (Vu & Vu 2011). Di tipe habitat Pinggir Kolam juga terdapat taman anggrek yang sengaja ditanam. Keberadaan taman anggrek diperkirakan menjadi pendorong kedatangan kupu-kupu ke lokasi ini. Habitat pinggir Kolam juga banyak ditumbuhi perdu dan semak sebagai sumber pakan yang dapat menyokong perkembangan bagi kupukupu yang bersifat kosmopolit dengan wilayah distribusi yang sangat luas seperti Ypthima baldus, Eurema hecabe, Mycalesis janardana dan Junonia orithya (Vu & Vu 2011). Kondisi Hutan Karet yang memiliki rumpang dan tepi hutan memungkinkan kupu-kupu datang ke habitat tersebut. Hutan dengan rumpang atau gap memiliki kekayaan spesies kupu-kupu yang lebih tinggi daripada hutan yang tertutup oleh kanopi yang rapat (Spitzer 1997). Tipe habitat Taman memiliki variasi vegetasi yang lebih sedikit dibandingkan dengan Pinggir Kolam, Hutan Campuran, dan Hutan Karet. Taman merupakan tipe habitat yang dirancang untuk kenyamanan pengunjung. Tipe habitat Taman mendapat gangguan yang paling besar, seperti pemangkasan semak-semak yang rutin dilakukan untuk menjaga kerapihan dan kenyamanan bagi pengunjung. Pemangkasan dapat berakibat berkurangnya sumber makanan dan tempat bernaung bagi kupu-kupu.
B. Distribusi kupu-kupu di HKMS Kota Jambi.
Kupu-kupu di HKMS Kota Jambi terdiri atas spesies endemik atau terbatas pada daerah tertentu, spesies regional atau ada di beberapa region tertentu, spesies kosmopolit atau tersebar luas di seluruh dunia (Tabel II. 1) (Fleming 1983; Brown dan Gibson 1983).
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
52
Tabel II. 1. Distribusi kupu-kupu di HKMS Kota Jambi. No 1
Spesies Hesperiidae Erionata thrax
Daerah distribusi
Jumlah
Oriental
SD
2
Hidari irava
Kosmopolit
S
3
Papilionidae Papilio demoleus
Kosmopolit
S
4
Papilio demolion
Kosmopolit
S
5
Papilio memnon
Sundaland
S
6
Pachliopta aristolochiae
Kosmopolit
S
Oriental
S
Oriental
S
Oriental
S
7 8 9
Graphium antiphates Nymphalidae Parantica aspasia Euploea eunice
10
Euploea mulciber
Kosmopolit
S
11
Euploea phaenareta
Oriental
S
12
Hypolimnas bolina
Oriental
SD
13
Junonia orithya
Oriental
B
14
Junonia hedonia
Kosmopolit
S
15
Cupa erymanthis
Kosmopolit
B
16
Doleschallia bisaltide
Oriental
S
17
Neptis hylas
Oriental
S
18
Athyma reta
Oriental
SD
19
Euripus nyctelius
Kosmopolit
SD
20
Taenacia iapis
Oriental
S
21
Taenacia pelea
Oriental
B
22
Ypthima baldus
Oriental
SB
23
Mycalesis janardana
Kosmopolit
SB
24
Mycalesis horsfieldii
Sundaland
SB
25
Acraea violae
Oriental
S
26
Lexias dirtea
Oriental
SB
27
Faunis canens
Oriental
S
28
Elymnias hipermnestra
Oriental
SD
29
Elymnias nessae
Sundaland
S
30
Lethe europana
Kosmopolit
S
31
Discophora timora
Oriental
S
Oriental
S
Sundaland
S
32
Lycaenidae Sithon nedymond
33
Arhopala sp.
34
Drupadia ravindra
Oriental
S
35
Eooxylides tharis
Oriental
S
36
Jamides sp.
Oriental
SB
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
53
Tabel II. 1. (Lanjutan) No
Spesies Daerah distribusi Jumlah Pieridae 37 Leptosia nina Oriental B 38 Delias hyparete Kosmopolit SD 39 Appias olferna Oriental S 40 Eurema hecabe Oriental SB 41 Catopsilia scylla Kosmopolit S Riodinidae 42 Zemeros emesoides Sundaland S 43 Abisara geza Sundaland S Keterangan: Sedikit (S) = 1- 50 ekor, Sedang (SD) = 51 – 100 ekor, Banyak (B) = 101 – 150 ekor, dan Sangat banyak (SB) = > 150 ekor. TM = Taman, PK = Pinggir Kolam, HK = Hutan Karet, HC = Hutan Campuran. Daerah distribusi mengacu pada Fleming 1983; Otsuka 1988; Marugama 1991; Seki et al. 1991; Tsukada 1985; Tsukada 1991; Yata dan Morishita 1981.
Kupu-kupu di HKMS Kota Jambi diduga berasal dari berbagai kawasan. Tabel II. 1 memperlihatkan bahwa kupu-kupu di HKMS Kota Jambi umumnya berasal dari Oriental, sedikit sekali spesies yang bersifat kosmopolit dan dari Sundaland. Masing-masing spesies kupu-kupu tersebut terdiri atas Kosmopolit (19%), Oriental (66%), dan Sundaland (15%) (Gambar II. 3). Hal itu diduga karena Pulau Sumatera pada dahulu kala bergabung dengan Benua Asia. Spesies yang ada di Sumatera mirip dengan spesies yang ada di Benua utamanya (Fleming 1983; Marugama 1991; Seki et al. 1991; Tsukada 1985; Tsukada 1991; Yata dan Morishita 1981; Otsuka 1988; Brown dan Gibson 1983; Cox dan Moore 1983).
Gambar II. 3. Persentase distribusi daerah secara biogeografi spesies kupu-kupu di HKMS Kota Jambi. Gambar II.4. memperlihatkan perbandingan antara spesies kupu-kupu yang berasal dari Oriental, Kosmopolit, atau Sundaland. Perbandingan tersebut
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
54
menunjukkan bahwa umumnya kupu-kupu yang ada di HKMS Kota Jambi berasal dari daratan utama Asia (Oriental). Geografi, habitat,dan mikrohabitat merupakan beberapa faktor yang membatasi distribusi spesies kupu-kupu (Cox & Moore 1983).
Gambar II.4. Perbandingan antara kupu-kupu Oriental, Kosmopolit, dan Sundaland.
Gambar II. 5. Distribusi spesies kupu-kupu di HKMS Kota Jambi. Gambar II.5 memperlihatkan bahwa kekayaan spesies kupu-kupu di HKMS Kota Jambi termasuk rendah. Hal tersebut diduga ada kaitannya dengan
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
55
ketersediaan pakan bagi kelangsungan hidup kupu-kupu. Menurut Yamamoto et al. (2007), kelimpahan relatif sumber pakan berpengaruh signifikan terhadap kelimpahan relatif spesies konsumennya. Jumlah dan komposisi vegetasi sangat mempengaruhi distribusi kupu-kupu. Menurut Koh dan Sodhi (2004), distribusi kupu-kupu erat kaitannya dengan variabel-variabel di habitat, seperti tutupan kanopi dan intensitas cahaya matahari. Di HKMS Kota Jambi, tutupan kanopi tidak serapat tutupan kanopi di hutan alami seperti di hutan Taman Nasional Kerinci Seblat Jambi. Tipe habitat Taman dan Pinggir Kolam mendapatkan cahaya yang lebih banyak dibandingkan dengan tipe habitat Hutan Karet dan Hutan Campuran. Tipe habitat Hutan Karet ditempati oleh spesies kupu-kupu yang ada sebesar 34% , diikuti oleh Hutan Campuran (24%), Taman (22%), dan Pinggir Kolam (20%) (Gambar II.6). Kupu-kupu merespon lingkungan pada skala yang berbeda, dipengaruhi oleh ketersediaan sumber pakan, dan habitat tempat mereka tumbuh (Blair 1999). Distribusi spesies diduga berkaitan juga dengan cara hidup kupu-kupu. Kupu-kupu yang bersifat polifagus cenderung akan lebih bertahan di alam dibandingkan dengan kupu-kupu yang bersifat monofagus pada fase larvanya. Rasidi et al. (2006) menyatakan bahwa di alam jumlah kupu-kupu yang bersifat polifagus lebih banyak jika dibandingkan dengan jumlah kupu-kupu monofagus.
Gambar II. 6. Persentase jumlah individu di setiap tipe habitat.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
56
Berdasarkan Gambar 7, hampir semua spesies kupu-kupu yang ada tersebar di semua tipe habitat, kecuali Appias olferna dan Lethe europa hanya ditemukan di Pinggir Kolam saja. Appias olferna merupakan kupu-kupu yang sangat umum di Asia seperti Singapura (Fleming 1983), tetapi di HKMS Kota Jambi spesies tersebut sangat jarang ditemukan. Appias olferna banyak terdapat di dataran rendah dan menyenangi bunga-bunga (Peggie dan Amir 2006). Cleome rutidisperma dan Asystasia intrusa merupakan pakan yang disenangi oleh A. olferna (Soekardi 2007). Kedua jenis tumbuhan tersebut banyak terdapat di sepanjang Pinggir Kolam di HKMS Kota Jambi. Lethe europa yang dikenal dengan kupu-kupu bambu ditemukan di Asia, walaupun dalam jumlah yang terbatas. Lethe europa banyak ditemukan di Kepulauan Nicobar. Spesies kupu-kupu tersebut sering dijumpai pada hutan yang mengalami gangguan di sepanjang tepi hutan (Yata & Morishita 1981). Modifikasi habitat dalam menyediakan tumbuhan inang sebagai pakan membantu perkembangan kupu-kupu (Subahar & Yuliana 2010). Sumber makanan larva L. europa adalah tumbuhan bambu (Dinochloea andamica) (Tsukada 1985). Tumbuhan bambu terdapat dalam jumlah yang sedikit dan terbatas pada lokasi tertentu saja di HKMS Kota Jambi.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
57
Gambar II. 7. Distribusi spesies kupu-kupu antar tipe habitat.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
58
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis Indeks kesamaan (IS) spesies kupu-kupu membagi komunitas kupu-kupu di HKMS Kota Jambi menjadi tiga kelompok yaitu Taman, Pinggir Kolam-Hutan Karet, dan Hutan Campuran. Komunitas kupu-kupu di tipe habitat Pinggir Kolam-Hutan Karet memiliki kesamaan spesies tertinggi (IS = 0,86). Tipe habitat Hutan Campuran memiliki komunitas kupu-kupu yang paling berbeda dengan tipe-tipe habitat lainnya. Nilai IS yang cukup tinggi (>0,7) menunjukkan bahwa spesies kupu-kupu di HKMS Kota Jambi memiliki distribusi yang luas di semua tipe habitat yang ada. Hampir semua spesies kupu-kupu yang ada tersebar di semua tipe habitat, kecuali A. olferna dan L. europa yang hanya ditemukan di Pinggir Kolam (Lampiran II. 1). Umumnya, spesies kupu-kupu yang ada di HKMS Kota Jambi berasal dari daratan utama Asia (Oriental).
SARAN
Perlu dilakukan penelitian mengenai tumbuhan inang kupu-kupu yang adadi HKMS Kota Jambi untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai distribusinya dan untuk tujuan konservasi.
DAFTAR ACUAN
Amir, M. & S. Kahono. 2003. Serangga Taman Nasional Gunung Halimun Jawa bagian barat. Biodiversity Conservaton Project (LIPI). Bogor: xi + 209 hlm. Aoki,T., S. Yamaguchi, & Y. Uémura. 1982. Satyridae-Libytheidae Part 3. Plapac Co. Ltd. Japan: 500 hlm. Barua, K.M., J. Slowik, K.S. Bobo & M. Muehlenberg. 2010. Correlation of rainfall and forest type with Papilionid assemblages in Assam in North East India. Psyce. Vol. 2010: 1-10. Blair, R.B. 1999. Birds and butterflies along an urban gradient: surrogate taxa for Assesing biodiversity? Ecological Applications. 9 (1): 164-170.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
59
Brown, J.H. & A.C. Gibson. 1983. Biogeography. The C.V. Mosby Company. London: x + 620 hlm. Brown, J.W. & P.A. Opler. 1990. Patterns of butterfly species density in peninsular Florida. Journal of Biogeography. 17: 615-622. Caldas, A. & R.K. Robbins. 2003. Modified Pollard transects forassesing tropical butterfly abundance and diversity. Biological Conservation 110: 211-219. Cox, C. B. & P. D. Moore. 1991. Biogeography An ecological and evolutionary approach fourth edition. Blackwell Scientific Publications. London: vii + 244 hlm. Dinas Kehutanan Pemda Kota Jambi. 2006 Taman hutan kota Muhammad Sabki. Admin, Kota Jambi: 2 hlm. http://www.pemdakotajambi.com. Last updated 24 Juni 2010 pk. 15:55 WIB. Erhardt, A. 1985. Diurnal lepidoptera: sensitive indicators of cultivated and Abondaned grassland. Journal of Applied Ecology. 22: 849-861. Fleming, W.A. 1983. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Second edition. Longman. Kualalumpur: x + 148 hlm. Gullan, P.J. & P.S. Craston. 2005. The insects: an outline of entomology. Blackwell Publishing Ltd. Oxfort: xviii + 511 hlm. Kocher, S.D. & E.H. Williams. 2000. The diversity and abundance of North American butterflies vary with habitat disturbance and geography. Journal of Biogeography 27:785-794. Koh, K.P. & N.S. Sodhi. 2004. Importance of reverse, fragments and parks kualitas lingkungan hidup. Asosiasi pengusaha hutan Indonesia. Lewis, A.C. 1989. Flower visit consistency in Pieris rapae, the cabbage butterfly. Journal of Animal Ecology. 58: 1-13. Longcore, T. 2004. Analysis of butterfly survey data and methodology from San Bruno Mountain habitat conservation. GIS Research laboratory. University of Southhern California. Los Angeles:1-7. Marugama, K. 1991. Butterflies of Borneo Vol.2 No. 2 Hesperiidae. Tobishima Corporation. Tokyo: xii + 83 hlm + 48 pls.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
60
New, T.R. 1997. Butterfly conservation. South Melbourne, Oxford University Press : xii + 248 hlm. Otsuka, K. 1988. Butterflies of Borneo Vol. 1. Tobishima Corporation. Tokyo: xx + 61 hlm dan xix + 61 hlm +1-80 pls. Peggie, J & M. Amir. 2006. Practical guide to the butterflies of bogor botanic garden. Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong : v + 126 hlm. Rasidi, S., A. Basukriadi, Tb. M. Ischak. 2008. Ekologi hewan. Penerbit Universitas Terbuka. Jakarta: iii + 9.28 hlm. Seki, Y., Y. Takanami, & K. Otsuka. 1991. Butterflies of Borneo Vol.2 No.1. Tobishima Corporation. Tokyo: 113 hlm Sundufu, A.J. & R. Dumbuya. 2008. Habitat preferences of butterflies in the Bumbuna forest, Northern Sierra Leone. Journal of Insect Science. Vol. 8: 1-17. Soekardi, H. 2007. Kupu-kupu di kampus Unila. Penerbit Universitas Lampung. Lampung: 52 hlm. Spitzer, K., J. Jaros, J. Havelka, & J. Leps. 1997. Effect on smallscale disturbance on butterfly communities of an Indochinese montane rain forest. Biological conservation. Vol. 33(2): 9-15. Stefanescu, C., J. Penuelas, & I. Filella. 2009. Rapid changes in butterfly communites following the abondonment of grasslands: a case study. Insect Conservation and Diversity. 2: 261-269. Tati Subahar, S.S. & Yuliana, A. 2010. Butterfly diversity as a data base for the Development plant of Butterfly Garden at Bosscha Observatory, Lembang, West Java. Biodiversitas. 11 (1): 24-28. Thomas, J.A., M.G. Telfer, D.B. Roy, C.D. Preston, J.J.D. Greenwood, J. Asher, R. Fox, R.T. Clarke & J.H. Lawton. 2004. Comparative losses of british butterflies, birds, and plants and the global extinction. Science. 303: 1879-1881. Tsukada, E. 1985. Nymphalidae (I) Part 4. Plapac Co. Ltd. Japan: 558 hlm. Tsukada, E. 1991. Nymphalidae (II) Part 5. Azumino butterflies’s Reseach Institute. Japan: 576 hlm.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
61
UKBMS (=United Kingdom Butterfly Monitoring Scheme). Methods for recording butterfly transect. www.ukbms.org. 14 April 2011, pkl 18.28. Vu, V. L. 2004. The decline of butterfly (Lepidoptera, Rhpoalocera) abundance due to habitat destruction: result of butterfly monitoring in two years in Tam Dao Nasional Park. Vietnam Russia tropical Center: 100-105. Vu, L.V & Vu, C.Q. 2011. Diversity pattern of butterfly communities (Lepidoptera, Papilionidae) in different habitat types in a tropical rain forest of Southern Vietnam. International Scholarly Research Network. Vol. 2011: 1-8. Yamamoto, N., J. Yokoyama & M. Kawata. 2007. Relative resource abundance explains butterfly biodiversity in island communities. PNAS 104(25): 1052410529. Yata, O. & Morishita, K. 1981. Pieridae-Danaidae Part 2. Plapac Co. Ltd. Japan: 206438 hlm + 1-84 pls dan 439-628 hlm + 85-162 pls.
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
62
Lampiran II.1. Jumlah total kupu-kupu pada berbagai tipe habitat di HKMS Jambi No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24
∑ Total Spesies 73 Erionata thrax 19 Hidari irava 35 Papilio demoleus 10 Papilio demolion 15 Papilio memnon 8 Pachliopta aristolochiae 5 Graphium antiphates Parantica aspasia 4 4 Euploea eunice 7 Euploea mulciber Euploea phaenareta 3 56 Hypolimnas bolina 162 Junonia orithya Junonia hedonia 30 103 Cupa erymanthis 25 Doleschallia bisaltide 13 Neptis hylas 90 Athyma reta 52 Euripus nyctelius 38 Taenacia iapis 147 Taenacia pelea 299 Ypthima baldus 290 Mycalesis janardana 227 Mycalesis horsfieldii
No 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43
Spesies Acraea violae Lexias dirtea Faunis canens Elymnias hipermnestra Elymnias nessae Lethe europana Discophora timora Sithon nedymond Arhopala sp Drupadia ravindra Eooxylides tharis Jamides sp Leptosia nina Delias hyparete Appias olferna Eurema hecabe Catopsilia scylla Zemeros emesoides Abisara geza
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
∑ Total 4 204 31 70 11 3 3 11 8 36 13 217 148 80 6 606 22 47 6
Universitas Indonesia Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
DISKUSI PARIPURNA
Hutan Kota Muhammad Sabki (HKMS) Kota Jambi merupakan salah satu hutan kota yang ada di Provinsi Jambi yang didirikan sejak tahun 1996. HKMS yang terletak di Kelurahan Kenali Asam Bawah Kecamatan Kota Baru, Kota Jambi ditujukan sebagai tempat pelestarian, penyediaan habitat bagi satwa liar, serta sebagai sarana belajar bagi siswa dan masyarakat. Data tahun 2006 menyatakan bahwa kondisi tumbuhan di HKMS sebagian besar (± 70%) masih didominasi oleh pohon karet tua dan sisanya (± 30%) berupa tegakan tanaman hutan campuran hasil kegiatan penanaman tahun 1996, kolam atau embung ikan serta sebagian kecil ditumbuhi semak belukar (Dishut 2006). Salah satu satwa liar yang perlu dijaga keberadaannya adalah kupu-kupu. Kupu-kupu (Lepidoptera) merupakan kelompok serangga yang dapat dijadikan sebagai indikator perubahan lingkungan. Banyak penelitian menunjukkan bahwa kupu-kupu sangat sensitif terhadap perubahan lingkungan (Enhardt 1985; Koh & Sodhi 2004; Cleary & Mooers 2004; Sundufu dan Dumbuya 2007). Disamping juga bermanfaat sebagai agen penyerbuk berbagai jenis pada pertanian (Munyuli 2011). Penelitian di Hutan Kota Muhammad Sabki (HKMS) Kota Jambi berhasil menemukan 43 spesies kupu-kupu yang berasal dari 6 famili. Enam famili kupukupu tersebut adalah Hesperiidae (2 spesies), Papilionidae (5 spesies), Nymphalidae (24 spesies), Lycaenidae (5 spesies), Pieridae (5 spesies), dan Riodinidae (2 spesies). Kekayaan spesies tertinggi ditemukan di Hutan Karet dan Pinggir Kolam, yaitu 37 spesies, serta terendah ditemukan di Hutan Campuran, yaitu 27 spesies. Di tipe habitat Taman ditemukan 33 spesies. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kupu-kupu di HKMS Kota Jambi didominasi oleh famili Nymphalidae dengan 24 spesies. Banyak penelitian melaporkan bahwa famili Nymphalidae merupakan famili yang memiliki anggota yang terbanyak di berbagai lokasi penelitian (Koh & Sodhi 2004 ; Widhiono 2004; Dendang 2008; Subahar & Yuliana 2010; Vu & Vu 2011; Raut & Pendharkar 2011). Hal tersebut sesuai dengan pendapat Borror dan White (1970) yang menyatakan bahwa Nymphalidae merupakan famili terbesar dari superfamili
63
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
64
Papilionidae. Kekayaan spesies kupu-kupu yang tinggi dari famili Nymphalidae tersebut tidak terlepas pula dari faktor ketersediaan tumbuhan inang kupu-kupu, baik sebagai sumber makanan maupun tempatnya bernaung. Beberapa famili tumbuhan pakan larva kupu-kupu dari famili Nymphalidae seperti Arecaceae, Musaceae, Poacea (Peggie & Amir 2006; Soekardi 2007) tumbuh di HKM Kota Jambi. Habitat Hutan Karet HKMS Kota Jambi memiliki kelimpahan individu kupu-kupu lebih tinggi daripada tipe-tipe habitat lainnya. Kelimpahan individu dan kekayaan spesies kupu-kupu yang paling tinggi di Hutan Karet diduga karena faktor tutupan kanopi Hutan Karet yang tidak serapat tutupan kanopi di hutan alami. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa lantai hutan pada tipe habitat Hutan Karet ditumbuhi oleh banyak semak dan perdu. Hal itu sesuai dengan pendapat Koh dan Sodhi (2004) yang menyatakan bahwa jumlah spesies kupukupu dipengaruhi tutupan kanopi pohon. Variasi dari tutupan kanopi menyediakan tempat yang sesuai bagi kupu-kupu, sehingga spesies kupu-kupu di Hutan Karet menjadi lebih beranekaragam. Pengelolaan habitat di HKMS Kota Jambi telah menghasilkan pinggir hutan yang sedikit terbuka, sehingga kondisi tersebut tampaknya lebih disukai oleh kupu-kupu. Kupu-kupu memang menyukai daerah yang agak terbuka (Vu 2004; Vu 2009). Eurema hecabe yang merupakan spesies kosmopolit di daratan utama Asia (Yata & Morishita 1981) teramati sebagai spesies kupu-kupu yang paling melimpah di HKMS Kota Jambi. Tumbuhan pakan E. hecabe bervariasi seperti famili Arecaceae, Caesalpiniaceae, dan Mimosaceae (Peggie & Amir 2006) dijumpai di HKMS Kota Jambi. Nilai Indeks keanekaragaman spesies Shannon-Wiener tertinggi diperoleh di tipe habitat Hutan Karet (H’ = 1,24) dengan Indeks kemerataan spesies (E = 0,34). Indeks keanekaragaman spesies kupu-kupu di empat tipe habitat HKMS Jambi (H’ = 1,14-1,24) tergolong rendah (Cox 1996; Barbour et al. 1987). Hal tersebut juga terlihat dari nilai Indeks kemerataan spesiesnya yang rendah (E = 0,31-0,35). Nilai kemerataan yang rendah menunjukkan adanya dominasi dari suatu spesies, seperti E. hecabe dan Ypthima baldus.
Universitas Indonesia Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
65
Hasil analisis berdasarkan Indeks Kesamaan (IS) spesies kupu-kupu dalam bentuk dendogram membagi kupu-kupu di HKMS Kota Jambi menjadi tiga komunitas yaitu Taman, Pinggir Kolam-Hutan Karet, dan Hutan Campuran. Nilai IS tertinggi diperoleh antar tipe habitat Pinggir Kolam dan Hutan Karet memperlihatkan bahwa komunitas kupu-kupu di dua tipe habitat tersebut paling mirip. Nilai IS antara Hutan Campuran dengan tipe habitat lainnya yang paling rendah menunjukkan bahwa tipe habitat tersebut memiliki komunitas kupu-kupu yang paling berbeda. Meskipun demikian, dengan melihat nilai IS yang cukup tinggi (IS = 0,73-0,86), maka dapatlah disimpulkan bahwa komunitas kupu-kupu di berbagai tipe habitat di HKMS Kota Jambi adalah hampir sama. Nilai IS yang tinggi sangat mungkin disebabkan karena empat tipe habitat yang ada di HKMS Kota Jambi tersebut letaknya berdekatan. Spesies kupu-kupu yang ditemukan di HKMS Kota Jambi bersifat umum dan tersebar hampir di semua tipe habitat yang ada. Penyebaran tersebut disebabkan oleh vegetasi yang hampir sama di semua tipe habitat. Penyebaran hewan seringkali sangat erat hubungannya dengan makanan yang dikonsumsinya (Cox & Moore 1991). Spesies yang jarang dan langka tidak ditemukan sama sekali di HKMS Kota Jambi. Sesuai yang dilaporkan oleh Vu dan Vu (2011) bahwa hutan alami kaya dengan spesies yang langka dibandingkan dengan hutan yang sudah diganggu. Jumlah spesies yang langka akan semakin berkurang seiring dengan pembukaan hutan. Kupu-kupu di HKMS Kota Jambi diduga berasal dari berbagai kawasan. Umumnya kupu-kupu di HKMS Kota Jambi berasal dari Oriental, sedikit sekali spesies yang bersifat kosmopolit dan dari Sundaland. Hal ini diduga karena Pulau Sumatera pada dahulu kala bergabung dengan benua Asia. Spesies yang ada di Sumatera mirip dengan spesies yang ada di Benua utamanya (Fleming 1983; Marugama 1991; Seki et al. 1991; Tsukada 1985; Tsukada 1991; Yata & Morishita 1981; Brown & Gibson 1983; Cox & Moore 1983). Hampir semua spesies kupu-kupu yang dijumpai di HKMS Kota Jambi tersebar di semua tipe habitat, kecuali Appias olferna dan Lethe europa yang hanya ditemukan di Pinggir Kolam. Appias olferna merupakan kupu-kupu yang sangat umum di Asia seperti Singapura (Fleming 1983), tetapi di HKMS Kota
Universitas Indonesia Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
66
Jambi spesies ini sangat jarang ditemukan. Hal ini diduga ketersediaan sumber makanan mereka terbatas pada tipe habitat Pinggir Kolam saja. Appias olferna banyak terdapat di dataran rendah dan menyenangi bunga-bunga (Peggie dan Amir 2006). Cleome rutidisperma dan Asystasia intrusa merupakan pakan yang disenangi oleh A. olferna (Soekardi 2007). Kedua jenis tumbuhan tersebut banyak terdapat di sepanjang Pinggir Kolam di HKMS Kota Jambi.
Universitas Indonesia Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
RANGKUMAN KESIMPULAN DAN SARAN
KESIMPULAN
Penelitian kupu-kupu di beberapa tipe habitat di HKMS Kota Jambi berhasil memperoleh 43 spesies yang berasal dari 6 famili terdiri atas famili Hesperiidae (2 spesies), famili Papilionidae (5 spesies), famili Nymphalidae (24 spesies), famili Lycaenidae (5 spesies), famili Pieridae (5 spesies), dan famili Riodinidae (2 spesies). Famili Nymphalidae merupakan famili kupu-kupu dengan anggota spesies yang terbanyak. Keanekaragaman spesies kupu-kupu tertinggi ditemukan di tipe habitat Hutan Karet (H = 1,24) dan terendah di tipe habitat Pinggir Kolam (H = 1,14). Kelimpahan spesies kupu-kupu erat kaitannya dengan kelimpahan tumbuhan sumber pakannya. Spesies yang konsisten ditemukan di semua tipe habitat adalah E. hecabe dan M. janardana. Spesies yang hanya dijumpai di Pinggir Kolam adalah A. olferna dan L. europa. Berdasarkan analisis Indeks Kesamaan (IS) spesies kupu-kupu membagi komunitas kupu-kupu di HKMS Kota Jambi menjadi tiga kelompok yaitu Taman, Pinggir Kolam-Hutan Karet, dan Hutan Campuran. Komunitas kupu-kupu di tipe habitat Pinggir Kolam-Hutan Karet memiliki kesamaan spesies tertinggi (IS = 0,86). Tipe habitat Hutan Campuran memiliki komunitas kupu-kupu yang paling berbeda dengan tipe-tipe habitat lainnya. Nilai IS yang cukup tinggi (>0,7) menunjukkan bahwa spesies kupu-kupu di HKMS Kota Jambi memiliki distribusi yang luas di semua tipe habitat yang ada. Hampir semua spesies kupu-kupu yang ada tersebar di semua tipe habitat, kecuali A. olferna dan L. europa yang hanya ditemukan di Pinggir Kolam. Umumnya, spesies kupu-kupu yang ada di HKMS Kota Jambi berasal dari daratan utama Asia (Oriental).
SARAN
Perlu dilakukan penelitian lanjutan inventarisasi kupu-kupu, perilaku dan respon kupu-kupu terhadap perubahan lingkungan di HKMS Kota Jambi agar diperoleh informasi yang lebih lengkap. Juga perlu dilakukan penelitian
67
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
68
mengenai tumbuhan inang kupu-kupu yang ada di HKMS Kota Jambi untuk mendapatkan informasi yang lengkap mengenai distribusinya dan untuk tujuan konservasi perlu dilakukan penanaman tumbuhan asli Jambi yang menjadi sumber pakan bagi kupu-kupu.
Universitas Indonesia Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
DAFTAR ACUAN
Aoki,T., S. Yamaguchi, & Y. Uémura. 1982. Satyridae-Libytheidae Part 3. Plapac Co. Ltd. Japan: 500 hlm. Borror, D. J. & White, R. E. 1970. A field guide to insect America North of Mexico. Houghton Mifflin Company, New York: xi + 16 plate + 404 hlm. Borror, D.J., C.H.Triplehorn & N.F. Jonhson. 1992. Pengenalan pelajaran serangga. Ed. Ke-6. Terj. dari An introduction to the study of insects. 6th edition, oleh Partosoedjono, S. 1992. Gajah Mada University Press. Yogyakarta: xvii + 1083 hlm. Brown, J. H. & A. C. Gibson. 1983. Biogeography. The C.V. Mosby Company. Missouri: x + 620 hlm. Corbet, A.S. & H.M. Pendlebury. 1956. The butterflies of the Malay Peninsula. Oliver and boyd tweedale Court. London: xi + 537 hlm + 55 pls. Cox, C. B. & P. D. Moore. 1991. Biogeography An ecological and evolutionary approach fourth edition. Blackwell Scientific Publications. London: vii + 244 hlm. Cox, G.W. 1996. Laboratory manual of general ecology. 7th ed. Wm. C. Brown Company Publisher, Dubuqe: x + 278 hlm. Cleary, D.F.R. & A.O. Mooerst. 2004. Butterfly species richness and community composition in forests effected by ENSO-induced burning and habitat isolation in Borneo. Journal of Tropical Ecology 20: 359-367. Davies, Hazel & C. A. Butler. 2008. Do butterflies bite? : fascinating answers to questions about butterflies and moths. New Jersey, Dendang, B. 2009. Keragaman kupu-kupu di resort Selabintana Taman Nasional Gunung Gede Pangrango, Jawa Barat. Jurnal Penelitian Hutan dan Konservasi Alam 6(1): 25-36. design in a Rare Oregon butterfly. Conservation Biology. 12 (2): design in a Rare Oregon butterfly. Conservation Biology. 12 (2): Dinas Kehutanan Pemda Kota Jambi. 2006 Taman hutan kota Muhammad Sabki. Admin, Kota Jambi: 2 hlm. http://www.pemdakotajambi.com. Last updated 24 Juni 2010 pk. 15:55 WIB.
69
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
70
Erhardt, A. 1985. Diurnal lepidoptera: sensitive indicators of cultivated and Abondaned grassland. Journal of Applied Ecology. 22: 849-861. Fleming, W.A. 1983. Butterflies of West Malaysia and Singapore. Second edition. Longman. Kualalumpur: x + 148 hlm. Koh, K.P. & N.S. Sodhi. 2004. Importance of reverse, fragments and parks kualitas lingkungan hidup. Asosiasi pengusaha hutan Indonesia. Marugama, K. 1991. Butterflies of Borneo Vol.2 No. 2 Hesperiidae. Tobishima Corporation. Tokyo: xii + 83 hlm + 48 pls. Munyuli, T. 2011. Assessment of indicator species of butterfly assemblages in coffe-banana farming system in central Uganda. African journal of ecology. Vol. 50: 77-89. Peggie, J & M. Amir. 2006. Practical guide to the butterflies of bogor botanic garden. Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi, LIPI, Cibinong : v + 126 hlm. Peggie, J. 2010. Kupu-kupu, keunikan tiada tara. Pei-pusat .orgPerhimpunan Entomologi Indonesia: 1 hlm. Raut, N. B. & A. Pendharkar. 2010. Butterfly (Rhopalocera) fauna of Maharashtra Nature Park, Mumbai, Maharashtra, India. Journal of species lists and distribution. Vol. 6: 22-24. Seki, Y., Y. Takanami, & K. Otsuka. 1991. Butterflies of Borneo Vol.2 No.1. Tobishima Corporation. Tokyo: 113 hlm Soehartono, T. & Mardiastuti, A. 2003. Pelaksanaan konvensi CITES di Indonesia. Japan International Cooperation Agency. Jakarta: xxi + 317 hlm. Soekardi, H. 2007. Kupu-kupu di kampus Unila. Penerbit Universitas Lampung. Lampung: 52 hlm. Sihombing, D.T.H. 1999. Satwa Harapan I: Pengantar Ilmu dan teknologi Budidaya. Pustaka Wirausaha Muda. Bogor: vii + 254 hlm. Sundufu, A.J. & R. Dumbuya. 2008. Habitat preferences of butterflies in the Bumbuna forest, Northern Sierra Leone. Journal of Insect Science. Vol. 8: 1-17.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012
71
Tati Subahar, S.S. & Yuliana, A. 2010. Butterfly diversity as a data base for the Development plant of Butterfly Garden at Bosscha Observatory, Lembang, West Java. Biodiversitas. 11 (1): 24-28. Tsukada, E. 1985. Nymphalidae (I) Part 4. Plapac Co. Ltd. Japan: 558 hlm. Tsukada, E. 1991. Nymphalidae (II) Part 5. Azumino butterflies’s Reseach Institute. Japan: 576 hlm. Vu V. L. 2004. The decline of butterfly (Lepidoptera, Rhpoalocera) abundance due to habitat destruction: result of butterfly monitoring in two years in Tam Dao Nasional Park. Vietnam Russia tropical Center: 100-105. Vu, V. L. 2009. Diversity and similarity of butterfly communties in five different habitat types at Tam Dao National Park, Vietnam. Journal of Zoology. 277 (1): 15-22. Vu, L.V & Vu, C.Q. 2011. Diversity pattern of butterfly communities (Lepidoptera, Papilionidae) in different habitat types in a tropical rain forest of Southern Vietnam. International Scholarly Research Network. Vol. 2011: 1-8. Widhiono, I. 2004. Dampak modifikasi hutan terhadap keragaman hayati kupukupu di gunung Slamet Jawa Tengah. 2004. Biosfera 21 (3):89-94. Yata, O. & Morishita, K. 1981. Pieridae-Danaidae Part 2. Plapac Co. Ltd. Japan: 206-438 hlm + 1-84 pls dan 439-628 hlm + 85-162 pls.
Universitas Indonesia
Keanekaragaman spesies..., Sri Estalita Rahayu, Program Studi Biologi, 2012